Page 370 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 370

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                bahkan  di  seluruh  daerah  swapraja  terdapat  kekuatan-kekuatan  yang
                membantu  operasi  militer  Belanda  yang  anti-Republik,  seperti  di
                Buleleng dibentuk barisan Anti Pemberontak (AP), di Sangsit dan Sudaji.
                Di  Jembrana  muncul  sebuah  milisi  anti-Republik  di  bawah  Westra
                Utama  kerabat  punggawa  kota  atas  bantuan  Belanda,  diberi  nama
                Badan  Pemberantas  Pengacau  (BPP).  Di  Bangli  muncul  milisi  bantuan
                polisi yang anti-Republik, yaitu Hulp Politie Corps (HPC) dibawah patih
                kerajaan,  A.A.  Gde  Oka.  Di  Denpasar  dikenal  sebuah  organisasi  anti-
                Republik  yang  dinamakan  Nara  Sadu  (NS)  di  bawah  pimpinan  Gusti
                Ngurah  Kanta.  Untuk  Gianyar,  Klungkung  dan  Karangasem,  peranan
                pasukan milisi kerajaan PPN, BKN dan AIM yang terbentuk paling awal,
                tetap  kukuh  pada  pendiriannya  yang  anti-Republik.  Kemudian  di
                Tabanan muncul pula pasukan milisi anti Republik yang terkenal dengan
                nama  Polisi  Desa  (PD)  di  bawah  pimpinan  Gusti  Ngurah  Alit  Degi
                dengan NICA Gandek-nya dan pasukan bantuan polisi NICA Hulp Politie
                                                       75
                (HP) di bawah pimpinan Wayan Keramas.
                        Munculnya kekuatan anti Republik dengan pasukan milisinya di
                setiap  daerah  menambah  rumitnya  konflik-konflik  internal  berdarah
                sesama  rakyat  yang  semakin  terpolarisasi  antara  kelompok  ―non‖  dan
                ―co‖ rekolonialisasi kekuasaan kolonial Belanda.

                         Sebelum  insiden  kontak  senjata  di  pusat  kekuatan  militer
                Belanda di Bali, yaitu di tangsi-tangsi, sejumlah insiden kontak senjata
                telah terjadi di kota Denpasar. Pada pertengahan Maret 1946 dilakukan
                penghadangan  terhadap  patroli  NICA  di  sebelah  utara  desa  Blahkiuh,
                Badung  Utara  oleh  pasukan  ―Beruang  Hitam‖  di  bawah  pimpinan
                Sugeriwa. Setelah itu, dilakukan penghadangan di desa-desa lainnya yaitu
                Kutri,  Angantaka,  Benculuk,  Kedua,  Singapadu  di  bawah  pimpinan
                Suwetja  dan  Tiaga.  Dalam  penghadangan  itu,  sepuluh  orang  tentara
                Belanda tewas.  Penghadangan terhadap patroli NICA dilakukan pula di
                              76
                Gelatik,  Tabanan,  yang  dilanjutkan  dengan  penyerangan  pos  NICA  di
                Kalanganyar,  di  sebelah  selatan  kota  Tabanan  pada  awal  April  1946.
                Bantuan personil dalam jumlah yang lebih besar didatangkan dan para
                pemuda terpaksa mundur tanpa ada korban. Meletus lagi pertempuran
                di  dekat  desa  Lumbung,  Tabanan  yang  dilancarkan  oleh  pasukan
                ―Kucing  Hitam‖  di  bawah  pimpinan  Nengah  Kredek  terhadap  tentara
                      77
                NICA.






                358
   365   366   367   368   369   370   371   372   373   374   375