Page 371 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 371
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Penghadangan dan kontak senjata terjadi di desa Bondalem,
Buleleng, pada 6 Maret 1946 di bawah pimpinan Hartawan Mataram.
Para pemuda menghadangnya dari tempat ketinggian terhadap satu
truk tentara Belanda yang melintasi jalan menuju desa Tejakula untuk
membangun pos di sana. Para pemuda hanya bersenjatakan senjata
tajam; mereka melempari dengan batu, namun seisi truk turun dan
menembak ke arah pemuda. Kali ini banyak korban berjatuhan di
kalangan pemuda. Sebanyak 32 orang pemuda tewas diterjang peluru
78
tentara NICA.
Insiden kontak senjata meletus di desa Bebetin, Buleleng, yaitu
pada tanggal 9 April 1946. Seorang penduduk I Djuita yang baru keluar
dari kamarnya ditembak oleh tentara NICA, seketika tewas. Para
pemuda terdesak, karena persenjataan yang tidak memadai, dan
mereka memutuskan untuk mundur sehingga tidak ada jatuh korban.
Akan tetapi, seisi desa disuruh keluar oleh NICA, beberapa di antaranya
79
disiksa, kemudian rumah-rumah penduduk dibakar. Kontak senjata
terjadi antara pasukan pemuda dibawah pimpinan I Gede Muka
Pandan, yang berada di Banjar Jawa, kota Singaraja dengan pasukan
NICA pada tanggal 4 April 1946. Terjadi tembak menembak antara dua
kekuatan, dan I Gede Muka Pandan tertembak hingga tewas.
80
Posisi dan gerak pasukan DPRI Sunda Kecil senantiasa diketahui
tentara NICA, tentu berkat bantuan informasi pasukan milisi yang
bertugas menjadi kaki tangan dan mata-mata. Selain itu, personil
pasukan DPRI tidak sepenuhnya berlatar belakang tentara, sehingga
sangat berat ketika menghadapi kehadiran lebih dari 2000 serdadu KNIL
yang dibantu pasukan milisi anti-Republik di seluruh swapraja di Bali.
Aksi-aksi KNIL cukup menggila sepanjang tahun 1946, dan demikian
pula dihadapi oleh para pemuda pejuang dengan perlawanan gerilya
yang cukup sengit, untuk membuat sebagian penduduk desa berpihak
pada kaum revolusioner.
81
Pertempuran-pertempuran yang dilancarkan pihak pemuda
adalah pertanggungjawaban kewajiban yang diberikan oleh rakyat yang
sangat antusias mendukung Republik. Mereka memberi bantuan logistik
di desa-desa basis. Hal ini sudah diketahui pihak militer NICA, karena itu
mereka lebih intensif mengawasi hingga ke desa-desa dan senantiasa
disertai pembakaran rumah-rumah dan lumbung-lumbung padi.
Perjuangan bersenjata mendukung cara perang oleh DPRI Sunda Kecil di
Bali sangat bergantung pada dukungan rakyat. Selain itu, pemerintahan
di ibukota propinsi Sunda Kecil dan penguasa swapraja sudah dikuasai
359