Page 408 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 408
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Berdasarkan Staadsblad nomor 64 tanggal 1 Januari 1946,
Belanda telah membagi Borneo atau Kalimantan menjadi tiga wilayah
Keresidenan: Zuid Borneo ( Borneo Selatan) dengan ibukota di
Banjarmasin, West Borneo (Borneo Barat) beribukota di Pontianak, dan
Oost Borneo ( Borneo Timur ) di Samarinda. Dalam penulisan ini,
pembahasan didasarkan pada pembagian wilayah yang dibuat Belanda.
7.2. Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi
Sebelum mencapai kemerdekaan Republik Indonesia, banyak
peristiwa pahit yang harus dilalui bangsa ini pada masa penjajahan
Jepang. Bagi rakyat Kalimantan, peristiwa pahit tersebut berupa
kekejaman Jepang. Hampir di seluruh Kalimantan, Angkatan Laut
Jepang terkenal dengan tangan besi dalam memerintah, termasuk
membunuh. Bukan hanya itu, penderitaan masyarakat juga terkait
dengan peritiswa–peristiwa yang akan dijelaskan berikut ini.
7.3. Peristiwa Gubernur Haga di Kalimantan Selatan
Nama lengkapnya adalah Dr. B.J. Haga, yang diangkat oleh
pemerintah Belanda sebagai gubernur untuk wilayah Kalimantan.
Setelah kehadiran pemerintah Jepang, Haga bersama sejumlah pejabat
Belanda dan pasukan KNIL, juga keluarganya, lari mengungsi ke Puruk
Cahu. Ratusan serdadu Belanda dan Inggris yang masih berada di
Banjarmasin segera menyingkir di Pangkalan Bun menunggu keputusan
dari pemerintah pusat. Pelampiasan kemarahan dan kebrutalan
pasukan Jepang memakan banyak korban. Bukan saja pada bangsa
Belanda, tetapi juga bangsa Indonesia. Dengan politik Nipponisasi
Jepang memaksakan kepada siapapun budaya Jepang yang jelas tidak
sesuai dengan tradisi dan budaya rakyat Kalimantan. Dalam usaha
melancarkan politik Nipponisasi, Jepang selalu bersikap curiga kepada
setiap orang. Dan Jepang tidak segan- segan melakukan penyiksaan dan
pembunuhan terhadap orang yang dicurigai akan melakukan
pemberontakan, baik bangsa Indonesia maupun bangsa asing.
Begitu juga yang terjadi pada Dr. B.J. Haga dan kawan–kawan.
Dia memang sempat mengirim surat kepada pemerintah Jepang pada
tanggal 31 Maret 1942 untuk menyerahkan diri, yang kemudian dimuat
surat kabar Kalimantan Raya pada 1 April 1942. Namun, pada 21
396