Page 14 - Buku Antologi Esai KKN Kelompok 15
P. 14
Jawaban atas Keraguan Menjadi Guru
Oleh: Nur Ika Sukmawati (2121193)
Program Studi PAI FTIK
Saya rasa hampir semua mahasiswa akan deg-deg an ketika menghadapi KKN, termasuk saya. Salah satu
alasan kenapa sangat mengkhawatirkan kesiapan saya dalam menghadapi KKN ini adalah keterbatasan
kemampuan komunikasi. Saya adalah orang yang pemalu, tidak percaya diri, pendiam dan sulit
mengungkapkan pendapat, serta tidak begitu suka berbaur dengan anak-anak. Hal ini menjadikan saya ragu
untuk melanjutkan langkah saya menjadi seorang guru walaupun sudah menjalankan kuliah di Prodi
Pendidikan Agama Islam selama 6 semester. Suara yang kadang bergetar, gagap, dan bingung mencari topik
pembicaraan membuat saya lumayan meragukan kemampuan saya. Kemampuan public speaking di KKN
pasti sangat dibutuhkan, mengingat kita akan bersinggungan langsung dengan kehidupan masyarakat luas.
Saya pun berangkat KKN bersama dengan ketakutan saya.
Bertemu dengan Anak-Anak Sekitar Posko
Hari kamis tanggal 18 Juli 2024, saya bersama teman-teman tiba di Desa Pakembaran Kecamatan
Warungpring Kabupaten Pemalang. Dengan mengendarai sepeda motor kami menuju tempat dimulainya
petualangan. Di sana kami langsung disambut oleh anak-anak yang ternyata sudah menunggu. Mereka
berlari dan berteriak KKN-KKN sambil membawa buku dan pulpen. Saya masih ingat, ada enam anak yang
menghampiri kami waktu itu dan nama-nama dari mereka adalah Aisyah, Putri, Yumna, Ilma, Owi, dan
Faqih. Mereka menanti kami untuk belajar bersama. Entah kenapa tidak seperti biasanya, saya langsung bisa
berkomunikasi dengan mereka. Waktu itu sudah adzan ashar, saya menyuruh mereka pulang dengan bahasa
sebisa saya yang disambut hangat oleh anak-anak yang kemudian beranjak pulang.
Selain mereka, ada juga anak-anak lain yang rumahnya dekat posko. Setiap hari ketika pulang sekolah atau
saat menunggu giliran mengaji, sampai bimbel malam mereka selalu datang ke posko untuk belajar dan
menemani kami. Saya masih ingat sekali keceriaan mereka saat pertama kali saya ajarkan permainan
“sipolisi”, yakni permainan tepukan melingkar menyebutkan nama-nama hewan, tumbuhan, buah dan yang
tidak bisa menyebutkan nama-nama tersebut wajahnya di coret dengan bedak. Mereka gembira sekali
melakukan permainan itu. Sampai, bila mereka main ke posko yang pertama kali diminta dari saya adalah
“kak minta bedaknya kak”. Selain itu di suatu moment, saya dengan Zergi bersama gitarnya dan juga teman-
teman KKN yang lain mengajak anak-anak bernyanyi lagu 17 Agustus untuk menyambut hari kemerdekaan.
Moment dan perasaan saat itu masih sangat terasa di dalam pikiran dan hati saya.
Bertemu Anak-Anak Legok Pakembaran
Salah satu kontribusi kami adalah menjadi penari untuk mewakili Desa Pakembaran di karnaval tingkat
Kecamatan Warungpring. Kami latihan menari di pemukiman yang bernama legok bersama ibu-ibu dan
anak-anak lokal dengan mentor mas Hemin. Legok Pakembaran adalah satu Rukun Tetangga yang letaknya
berada di bagian paling bawah dari semua pemukiman Desa Pakembaran yang lain. Ingat sekali, ketika kami
berangkat latihan menari tetapi harus bonceng bertiga karena keterbasan motor. Waktu itu, saya bersama
Qotrotul dan Hima harus selalu melewati jalanan curam dengan satu motor, mulut kami ramai dengan
Sholawat dan Takbir saat melintasi jalan itu.
Anak-anak dan warga di sana ternyata sangat exited dalam menyambut dan penasaran dengan KKN. Saya
berusaha untuk berbaur dengan warga terutama anak-anak, dan disambut sangat hangat oleh mereka.
Setiap kali saya latihan menari, anak-anak tersebut selalu menyambut saya dengan sangat riang. Bahkan ada
diantara mereka yang selalu menemani di samping saya ketika saya menari. Nama anak-anak baik yang ada
di Legok ada Izza, Tasya, Yona, Nurul, Putri, Ella, Oliv, Elen, Nella, Dina, Fani, Adel, Hani, Fitri, Arka, Vito,
Arsha, dan masih banyak lagi.
Jawaban Atas Keraguan
KKN merubah saya merasa menjadi pribadi yang baru. Berbeda dengan sebelumnya, sekarang ketika
bertemu dengan anak-anak membuat saya merasa sangat bersemangat dan bahagia sekali. Selain dengan
anak-anak di posko dan legok, saya juga mendapat kesan baik dengan anak-anak di sekolah formal-non
formal yang kami datangi. Saya dan teman-teman KKN yang lain disambut dengan gembira oleh mereka.
Selain mengajak saya bermain, mendengar penjelasan dan cerita saya, mereka juga sering bercerita hal
random yang mereka alami kepada saya. Dari hal itu, saya percaya, bahwa saya bisa menjadi orang yang bisa
dipercaya dan diandalkan, terutama oleh anak-anak yang nanti akan berkaitan dengan profesi saya sebagai
guru. Keyakinan saya untuk melanjutkan apa yang saya mulai semakin kuat karena dorongan energi positif
dari anak-anak yang saya temui di Desa Pakembaran. Cerita tentang kalian abadi di dalam hati.
9