Page 49 - 20201219 - Tempo - Korupsi Bansos Kubu Banteng
P. 49
12/20/2020 Penyebab Pecah Kongsi Dua Kelompok yang Berkonflik dengan Sadan Otorita Danau Toba - Laporan Khusus - majalah.tempo.co
sama-sama mengklaim.
Togi khawatir keterlibatan dirinya dalam struk Badan Otorita bakal
melemahkan tuntutan yang ia perjuangkan bersama Raja Bius-istilah bagi
kelompok marga yang paling awal mendiami suatu wilayah. Sekali tawaran itu ia
terima, saat itu juga ia tak bisa lagi bersikap kritis. "Memang sedari awal saya
takut terjebak dalam situasi yang bisa menyebabkan hilangnya pengakuan atas
status lahan milik adat," ucapnya.
Masyarakat adat keturunan Oppu Ondol tak semuanya satu suara dengan Togi.
Sejumlah kerabat dan famili yang semula berada dalam barisan yang menolak
penguasaan lahan adat berangsur-angsur tercecer. Beberapa di antaranya bekerja
sebagai pegawai Badan Otorita dengan posisi yang cukup strategis. Togi tak
menampik dugaan bahwa penjelasannya mengarah pada dua koleganya, Manogu
Manurung dan Marojahan Sirait.
Manogu dan Marojahan kini bekerja sebagai anggota stafhumas Badan Otorita.
Mereka pecah kongsi dengan Togi karena berbeda pandangan. Manogu menuding
Togi tak sepenuhnya berjuang atas nama seluruh masyarakat adat Desa Sigapiton.
"Yang dia perjuangkan hanya kepentingan kelompok mereka sendiri, hanya untuk
menguasai 120 hektare itu saja," ujamya.
Manogu mengaku akan tetap berada di barisan yang sama jika perlawanan
terhadap Badan Otorita bertujuan untuk melindungi hak masyarakat adat
paguyuban Raja Bius Maropat Sigapiton. "Saya akan tetap berdampingan dengan
mereka sejauh perjuangan itu ditujukan untuk kepentingan bersama. Jika hanya
untuk kepentingan pribadi, lebih baik saya mundur," ujar Manogu.
Kepala Desa Sigapiton Hisar Butarbutar mengatakan konflik dua sekondan itu
terjadi karena Togi tak meladeni tuntutan yang diajukan Manogu. Awalnya
keduanya bersepakat ihwal adanya pembagian lahan di Desa Sibisa untuk
keturunan Oppu Ondol Butarbutar. "Tapi kesepakatan itu belakangan ditolak salah
satu pihak," tutumya.
Menurut Hisar, rencana pengakuan hak untuk marga Butarbutar di Desa Sibisa
hanya untuk kepentingan administratif. Di lapangan, menurut dia, penguasaan dan
pembagian lahan ditengarai hanya untuk kepentingan bersama kelompok Raja
Bius di Sigapiton. "Di luar keturunan Oppu Ondol Butarbutar Sigapiton
perlakuannya berbeda," ujamya. Saat ini, Desa Sigapiton dihuni 653 jiwa dengan
168 keluarga.
read ://https _ majalah. tempo.co/?url=https%3A %2F%2Fmajalah. tempo.co%2Fread%2Flaporan-khusus%2F162157%2Fpenyebab-pecah-kongsi-d... 2/3