Page 57 - 20201219 - Tempo - Korupsi Bansos Kubu Banteng
P. 57
12/20/2020 Demi Leluhur dan Ritual Adat, Alasan Penduduk Nagekeo Menolak Waduk Lambo di NTT - Laporan Khusus - majalah.tempo.co
Setelah selesai, Bemardius mengulanginya di empat pusara lainnya, yakni makam
ibu, kakek, nenek, serta putranya, Fernando Bao Gaso, yang meninggal pada
2007. "lni rutin saya lakukan setiap pekan. Untuk sama-sama saling mendoakan
agar ada cahaya yang menerangi jalan kita," ujar Bemardius pada Jumat, 18
Desember lalu.
Bemardius adalah salah seorang penduduk adat Rendu, yang terdiri atas lima suku
besar, yakni Rendu, Isa, Gaja, Lambo, dan Ndora. Menurut Bemardius yang juga
Ketua Forum Penolakan Pembangunan Waduk Lambo (FPPWL), salah satu
budaya leluhumya adalah menguburkan anggota keluarganya di dekat rumah.
Masyarakat percaya roh leluhur serta anggota keluarga masih tinggal di sekeliling
rumah setelah mereka meninggal. Bemardius meyakini, jika ia mendapatkan
rezeki ataupun musibah, itu juga berkat doa orang-orang yang telah wafat.
Wakil Ketua FPPWL Wilibrodus Bei Ou mengatakan ada lebih dari 500 makam
yang terletak di Desa Rendu. Di daerah Rendu Malapoma, misalnya, ada 116
makam leluhur. Kuburan-kuburan tersebut tidak berada di tempat permakaman
umum. Seperti Bemardius, menurut Wilibrodus, anggota keluarga dimakamkan di
dekat rumah. "Bisa di samping rumah, di belakang, ataupun di halaman depan
rumah," tutumya.
Jumlah makam bisa lebih banyak lantaran tersebar di sejumlah lokasi. Menurut
Bemardius, hampir semua desa memelihara tradisi serupa. Begitu juga di Desa
Labolewa, Kecamatan Aesesa; dan Ulupulu, Kecamatan Nangaroro. Seperti Desa
Rendu yang terletak di Aesesa Selatan, dua desa tersebut bakal digusur karena ada
proyek pembangunan Waduk Lambo. "Adanya permakaman leluhur ini yang
menjadi salah satu alasan kami menolak pembangunan Waduk Lambo," ujar
Bernardi us.
Bemardius khawatir, jika penolakan ini gagal, generasi suku selanjutnya tak lagi
mengetahui silsilah keluarganya. "Sejarah generasi hilang dan budaya menguap
begitu saja karena pembangunan," ucapnya. Selain permakaman, di tiga desa
tersebut terdapat tempat khusus untuk melakukan ritual adat. Menurut Bemardius,
ritual itu di antaranya ditujukan untuk meminta hujan, berburu, dan menolak bala.
Untuk meminta hujan, misalnya, masyarakat menyiapkan cengkir dan anak ayam.
Menurut Bemardius, kelapa muda itu kemudian dipecahkan, sedangkan anak
ayam disembelih. Lalu, air kelapa dan darah ayam diteteskan di atas batu, tempat
ritual. Jika lahan itu menjadi waduk, tempat ritual akan berada di dalam air. Ini
membuat penduduk kehilangan tempat sakralnya. Demikian juga tempat ritual
berburu, yang lokasinya tak bisa digeser ke tempat lain.
read ://https _ majalah. tempo.co/?url=https%3A %2F%2Fmajalah. tempo.co%2Fread%2Flaporan-khusus%2F162154 %2Fdemi-lel uhur-dan-ritual-ad... 2/3