Page 308 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 308

Dr. Fadli Zon, M.Sc





                      Di Jawa dan Bali, angka rata-rata konversi lahan pertanian masing-
                 masing sekitar 7.923 hektar per tahun dan 1.000 hektar per tahun. Angka
                 ini tentunya memprihatinkan, sebab Jawa berkontribusi terhadap 53%
                 produksi pangan nasional.

                      Hal kedua adalah mandegnya regenerasi petani. Bayangkan, usia
                 rata-rata petani Indonesia adalah 52-54 tahun, sangat tua sekali, padahal
                 kita saat ini sedang mengalami bonus demografi penduduk usia muda.
                 Menurut sensus, antara 2010 hingga 2014, jumlah petani dengan usia
                 produktif, yaitu antara 15-29 tahun, memang mengalami penurunan
                 signifikan, yaitu dari 9,3 juta, menjadi sekitar 8 juta.
                      Di luar pendekatan struktural atas  sektor  pangan di  Indonesia,
                 yang masalah dan pemecahannya sudah banyak dibahas oleh para ahli
                 dan pemerintah, saya mengusulkan agar problem tersebut juga coba
                 dipecahkan dan dilengkapi dengan pendekatan baru. Sebab, menurut saya
                 soal ketahanan pangan ke depan tidak boleh hanya seolah-olah dibebankan
                 kepada para petani produsen, alias petani profesional.
                      Secara struktural, produksi pangan memang dikerjakan oleh para
                 petani di lahan pertanian, namun secara behavioral, atau kultural, kita
                 harus memiliki sejenis tanggung jawab etik bahwa soal ketersediaan
                 pangan merupakan tanggung jawab setiap orang. Itu sebabnya, semua
                 orang harus  belajar  bertani dan  melakukan  praktik pertanian. Ini salah
                 satu isu yang akan dikampanyekan oleh HKTI.
                      Perlu dijadikan prinsip bahwa setiap keluarga di Indonesia diharapkan
                 bisa memenuhi sebagian kecil kebutuhan pangannya secara subsisten.
                 Sehingga, setiap orang jadi tergerak untuk bertani. Misalnya saja, dengan
                 memanfaatkan lahan pekarangan, atau bagi masyarakat perkotaan melalui
                 pertanian dalam pot, mereka menanam bumbu-bumbu dapur atau sayuran
                 yang sering dikonsumsinya sendiri. Intinya, setiap orang harus ikut bertani
                 dan merasa memikul tanggung jawab atas kebutuhan pangannya sendiri.
                      Itu sebabnya selain memiliki program dengan pendekatan struktural,
                 seperti mendorong agenda reforma agraria, melakukan pendidikan dan
                 pelatihan produksi, mendorong perbaikan tataniaga komoditas pertanian,
                 membangun pendirian BUMD-BUMD pangan, HKTI juga akan melakukan
                 kampanye nasional ‘AYO BERTANI!’.

                                                      Jakarta, 16 Oktober 2016



                320 KATA FADLI
   303   304   305   306   307   308   309   310   311   312   313