Page 310 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 310
Dr. Fadli Zon, M.Sc
industri, selama setahun ke depan KKP telah mendelegasikan kewenangan
pengawasan dan rekomendasi impor yang dimilikinya ke Kementerian
Perdagangan. Padahal, menurut UU No. 7/2016 tentang Perlindungan
Nelayan, Pembudidaya dan Petambak Garam, kewenangan untuk
mengawasi semua impor garam seharusnya hanya ada di KKP.
Ada apa ini?! Perintah UU kok mau dibatalkan sepihak hanya
oleh rapat koordinasi menteri dan aturan setingkat Permen (Peraturan
Menteri)?! Saya kemudian menangkap kesan jika gonjang-ganjing harga
garam ini telah ditunggangi oleh kepentingan kartel garam.
Saya kira sudah bukan merupakan rahasia lagi jika impor garam
industri selama ini pada kenyataannya telah bocor ke pasar garam
konsumsi. Inilah yang selama ini telah menekan para petani kita, sehingga
mereka tidak mendapatkan insentif harga yang memadai. Di satu sisi
kualitas garam petani memang masih rendah, tapi di sisi lain mereka
tertekan oleh stok garam industri yang bocor ke pasar. Apalagi, garam
impor biasanya masuk pada saat petani garam kita sedang panen.
Kebijakan pemerintah sebelum ini sebenarnya sudah bagus. Untuk
melindungi petani garam sekaligus mengontrol impor, pemerintah telah
menerapkan kebijakan impor garam satu pintu, yaitu melalui PT Garam,
salah satu BUMN kita. Tapi sepertinya kebijakan ini tidak disukai oleh kartel
garam, terbukti dari adanya kebijakan aneh pendelegasian wewenang
antara dua kementerian tadi.
Dulu, untuk mengimpor garam industri memang rekomendasinya
berasal dari Kementerian Perindustrian, sementara rekomendasi
garam konsumsi berasal dari KKP. Namun, setelah ada UU No. 7/2016,
rekomendasi impor hanya dikeluarkan oleh KKP, karena UU tersebut tidak
lagi membedakan antara garam konsumsi dengan garam industri.
Secara teknis, kualitas garam impor memang sama. Pembedaan
antara garam konsumsi dengan garam industri merupakan produk regulasi
lama, yaitu Permendag No. 125/2015 tentang Ketentuan Impor Garam.
Dalam Permendag tahun 2015 itu ada pembedaan mengenai garam
konsumsi dengan garam industri, dilihat dari persentase kadar NaCl di
dalamnya. Garam dengan kadar NaCl 97 persen atau lebih, dikategorikan
322 KATA FADLI