Page 315 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 315

PANGAN &
                                                                     PEMBANGUNAN   BAB XIV
                                                                        PERTANIAN



                 impor beras. Meski dua tahun terakhir  diakui ada gagal panen,  namun
                 impor yang dilakukan menjelang musim panen dianggap hanya kian
                 menyulitkan petani saja. Orang-orang desa bertanya, bukankah dulu saat
                 kampanye Pilpres 2014 Pak Jokowi berjanji tidak akan mengimpor pangan,
                 tapi kenapa sekarang justru impor beras menjelang musim panen?! Kenapa
                 bukan kemampuan produksi kita yang diperbesar?! Itu pertanyaan mereka.

                      Kebijakan impor pangan dalam jangka pendek memang bisa
                 menjamin ketersediaan pangan. Namun, dalam jangka panjang kebijakan
                 tersebut bisa berdampak buruk, karena akan melemahkan kemampuan
                 produksi sektor pertanian kita. Ketergantungan impor pangan akan
                 berisiko terhadap ketahanan pangan dan bisa mengancam kedaulatan
                 kebijakan pangan kita. Jadi, pemerintah seharusnya tidak terus-menerus
                 mereproduksi solusi instan semacam itu dalam mengatasi persoalan
                 pangan.
                      Saya sangat menyayangkan kebijakan pangan kita yang terkesan
                 amburadul. Kementerian Pertanian selalu mengklaim produksi beras kita
                 surplus,  tapi Kementerian  Perdagangan malah  menerbitkan  izin impor.
                 Begitu  juga halnya  dengan jagung.  Kementerian Pertanian mengatakan
                 kita telah mengekspor jagung, tapi Kementerian Perdagangan kini
                 malah sedang mewacanakan akan mengimpor jagung juga. Klaim pihak
                 pemerintah terkait pangan tidak sinkron satu sama lain.

                      Di tengah situasi sulit yang dihadapi oleh petani karena gagal panen,
                 pemerintah mestinya memperbesar pemihakan terhadap mereka, melalui
                 berbagai  lembaga  dan kebijakan yang  ada. Tapi,  kita  justru  mendengar
                 bahwa tahun ini target serapan gabah petani oleh Bulog, misalnya, justru
                 malah diturunkan. Tahun ini Buloh hanya menargetkan penyerapan gabah
                 petani sebesar 2,7 juta ton. Padahal realisasi penyerapan gabah tahun 2015
                 dan 2016 saja angkanya mencapai 2,6 dan 2,9 juta ton.
                      Pemerintah menyatakan jika produksi padi tahun ini diproyeksikan
                 akan meningkat 5 persen. Tapi kenapa target serapan Bulog justru turun?!
                 Ini makin meyakinkan jika data pertanian yang ada yang memang perlu
                 dipertanyakan akurasinya.
                      Kita tidak mungkin bisa swasembada pangan jika yang bisa
                 dilakukan oleh pemerintah hanyalah mempermainkan data pangan sesuai



                                                                  CATATAN-CATATAN KRITIS  327
                                                                         DARI SENAYAN
   310   311   312   313   314   315   316   317   318   319   320