Page 378 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 378

Dr. Fadli Zon, M.Sc





                 melemparkan kesalahan dan kekurangan yang sebenarnya merupakan
                 tanggung jawabnya sendiri sebagai seolah kesalahan atau kekurangan dari
                 masyarakat. Jika pemerintah gagal menciptakan keadilan, misalnya, maka
                 jangan salahkan masyarakat yang gelisah sebagai tidak Pancasilais. Kita
                 tak ingin itu terjadi.
                      Kedua, dari sisi kelembagaan. Saya masih bertanya-tanya, apakah
                 perlu kita menciptakan lembaga baru, apalagi yang setingkat kementerian,
                 jika  urusannya  hanya  membantu  Presiden  untuk  melakukan  koordinasi
                 terkait ideologi, wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional, yang fungsi
                 tersebut sebenarnya telah ada dalam berbagai lembaga negara lainnya,
                 terutama kementerian?! Jangan lupa, di Kementerian Dalam Negeri, di
                 bawah Dirjen Politik dan Pemerintahan Kemendagri ada yang namanya
                 Direktorat Bina Ideologi, Karakter dan Wawasan Kebangsaan, yang di
                 bawahnya ada Subdit Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
                      Jika memang perlu tambahan tenaga,  secara teknis Presiden
                 sebenarnya  telah  punya  Kantor  Staf  Presiden  (KSP).  Fungsi  organisasi
                 baru ini sebenarnya bisa dimasukan ke KSP dengan merevisi fungsi dan
                 kewenangannya, sehingga tak perlu lagi mengadakan organisasi dan
                 kesekretariatan  baru.  Pemerintah terkesan  tak konsisten  dengan isu
                 penghematan anggaran yang sering didengungkannya sendiri.
                      Atau, kalau soal Pancasila ini memang benar-benar dianggap penting
                 oleh  pemerintah,  lembaga  yang  menanganinya  seharusnya  bukanlah
                 sebuah lembaga internal rumah tangga kepresidenan yang hanya dibentuk
                 dengan Perpres. Sebagai catatan, dulu BP-7 (Badan Pembinaan Pendidikan
                 Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dibentuk
                 dengan Tap MPR, yang posisinya lebih tinggi daripada undang-undang.
                      Secara umum saya berharap agar munculnya lembaga baru ini
                 dan semua kampanye tentang Pancasila yang heboh kemarin itu bukan
                 karena pemerintah sedang ‘puber Pancasila’ saja. Pancasila adalah tentang
                 ‘kekitaan’, bukan tentang ‘ke-saya-an’. Dia adalah alat pemersatu, bukan
                 alat segregasi untuk menggebuk lawan-lawan politik. Ini yang akan diawasi
                 oleh DPR dan juga harus dikritisi oleh masyarakat.


                                                           Jakarta, 8 Juni 2017





                396 KATA FADLI
   373   374   375   376   377   378   379   380   381   382   383