Page 463 - BUKU KATA FADLI CATATAN KRITIS DARI SENAYAN
P. 463

Dr. Fadli Zon, M.Sc





                 ekonomi tertinggi sepanjang sejarah Indonesia terjadinya di masa
                 pemerintahan Pak Jokowi ini. Menurut studi Amy Chua, pasar bebas dan
                 demokrasi yang hanya dikuasai oleh sekelompok kecil masyarakat sangat
                 rentan melahirkan konflik dan instabilitas. Jadi, soal ketimpangan ekonomi
                 ini memang tidak bisa diabaikan.
                      Di luar soal ekonomi, benturan kultural juga bisa jadi pemicu
                 munculnya populisme. Kenapa populisme sangat mewarnai Pilkada DKI
                 kemarin, misalnya, juga karena gesekan kebudayaan ini. Di balik hutan
                 beton Jakarta, sebagaimana halnya kota-kota tua lainnya, banyak orang
                 lupa bahwa Jakarta juga adalah sebuah tempat yang memiliki identitas
                 dan  jejak  historis  yang  panjang.  Ketika  identitas  dan  jejak  historis  itu
                 dipinggirkan, dikaburkan, dan bahkan—entah secara sengaja maupun tak
                 sengaja—sedang coba dikuburkan melalui sejumlah agenda ekonomi dan
                 politik ruang oleh Gubernur DKI yang lama, tentu akan ada resistensi dari
                 mereka yang merasa terikat pada identitas-identitas tradisional tersebut.
                 Resistensi itulah yang kemudian telah melahirkan apa yang oleh para
                 pengamat disebut sebagai kebangkitan populisme tadi.
                      Itu  sebabnya,  resep  untuk  mengatasi  gejala  menguatnya  politik
                 identitas bukanlah dengan melakukan kegiatan indoktrinasi, melainkan
                 dengan menata kebijakan ekonomi dan politik, termasuk politik tata ruang,
                 yang lebih adil dan mengakomodasi kepentingan mereka yang selama ini
                 termarjinalkan.
                      Kita akan segera menginjak tahun politik. Penting buat pemerintah
                 untuk menjaga situasi agar tetap kondusif. Untuk itu, ruang publik kita
                 mestinya  makin  bersih  dari  hoax  dan  ujaran  kebencian.  Sayangnya,
                 pemerintah kadang justru menjadi pihak yang turut mengeruhkan suasana.
                 Kita lihat kasus Saracen, misalnya. Polisi awalnya mengekspose  kasus
                 Saracen seolah ini adalah kasus besar terkait industri hoax dan penyebar
                 kebencian di media sosial. Masyarakat kita dulu menanggapinya dengan
                 heboh.

                      Sayangnya, sebagaimana yang bisa kita baca dari proses peradilan
                 yang tengah berjalan, tuduhan-tuduhan polisi yang bombastis tadi tak ada
                 yang masuk dalam dakwaan jaksa. Artinya, tuduhan-tuduhan tadi sama
                 sekali tidak bisa dibuktikan. Kita tentu berharap agar ke depannya Polri




                490 KATA FADLI
   458   459   460   461   462   463   464   465   466   467   468