Page 123 - EKONOMI KERAKYATAN
P. 123

IX. DAMPAK COVID-19 DAN
                                                               PEREKONOMIAN DI INDONESIA


               Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah membuat jalan masuk
               ke perumahan ini terlihat lengang, seperti takut-takut menghampiri
               gerobaknya. Angkutan umum yang biasa menurunkan penumpang di
               gerbang perumahan ini, bisa dihitung dengan jari. Bahkan Pedagang
               Ketoprak yang biasa mangkal disebelahnya, tak pernah kembali lagi sejak
               memutuskan pulang kampung saat lebaran.
                     Kondisi ini memang berdampak banyak. Tidak saja bagi pedagang
               gorengan, tapi pedagang kecil lainnya hingga perusahaan besar juga
               merasakan. Ketakutan dan kecemasan akan wabah Covid-19, hanya bisa
               dipasrahkan kepada Sang Pencipta alam semesta. Berbagai aturan, sistim
               serta teori perekonomian seakan tak berdaya menghadapi wabah ini.
               Manusia adalah korbannya. Korban penyakit akibat penyebaran virus
               ini dan korban dampak ekonomi akibat wabah ini.

                     Untuk mengatasinya, berbagai negara di dunia, termasuk
               di Indonesia melakukan revisi dalam peraturan dan perundang-
               undangan agar perekonomian tetap berjalan dan manusia yang menjadi
               penduduknya bisa bertahan hidup dan tercukupi kebutuhannya. Berikut
               analisa dan kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia menghadapi
               wabah ini.



               Dampak yang Terjadi dalam Waktu Singkat :
               1.    Karena harus sosial distancing dan physical distancing, pemerintah
                     menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), artinya
                     gerakan bebas penduduk dan aktivitas kehidupan terhenti dan
                     dibatasi, tidak ada kehidupan normal.

               2.    Situasi itu segera menyebabkan perusahaan-perusahaan
                     transportasi (udara, darat, laut) tidak beraktivitas. Juga demikian
                     perusahaan-perusahan pariwisata, mal (kecuali supermarket,
                     apotik), serta perusahaan dan usaha jasa lainnya seperti gunting
                     rambut, hias, usaha ojek, kuliner, rumah dan warung makan.

               3.    Pengangguran tanpa gaji penuh mulai terjadi, bahkan banyak juga
                     terdapat pengangguran karena perusahaan dan usahawan tutup,
                     dimana hanya diberi pesangon tidak penuh.



                                                                              121
                                                                      dpr .go.id
   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128