Page 127 - EKONOMI KERAKYATAN
P. 127
IX. DAMPAK COVID-19 DAN
PEREKONOMIAN DI INDONESIA
di bank-bank terus terjadi. Akhirnya sejumlah bank tidak mampu
bayar penarikan dan transfer dana. Situasi ini menyerupai kondisi
krisis tahun 1998.
Situasi dari dampak Covid-19 tersebut di atas menyerupai krisis
pada tahun 1998 dan selanjutnya, yang berawal dari kenaikan dan gejolak
kurs akibat utang dalam Dollar Amerika Serikat tinggi dan hampir semua
bank bermasalah karena kredit dan tagihan macet yang tinggi.
Bailout Terhadap Dampak Wabah Covid-19 Selama 3
Bulan Lebih
Bailout terhadap dampak Covid-19 berlangsung lebih dari 3 bulan,
dalam bentuk perlu dilakukan rekapitulasi APBN dan rekalitulasi bank-
bank bermasalah dan bank-bank tidak bermasalah tapi terkena masalah
penarikan dana oleh masyarakat keluar dari bank-bank, serta membentuk
badan negara untuk penyelesaian bank-bank yang dibailout, dengan
uraian lebih lanjut berikut ini.
1. Bank Indonesia (BI) melakukan rekap APBN dan negara, dengan
kredit BI kepada negara atau APBN melalui pembelian obligasi
negara. Saat ini, cara tersebut sangat perlu ditempuh, karena utang
ke negara-negara lain mungkin masih bisa, seperti dari U.S.A., Uni
Eropa, China. Tapi bahaya kalau utang luar negeri jadi besar. Selain
membayar dengan US Dollar, juga dapat berada dalam control
pihak kreditur pemberi utang. Uraian lanjut sebagai berikut.
a. Jumlah nilai nominal obligasi minimal Rp. 500 triliun,
jangka waktu 30 tahun, suku bunga 1% atau 2% agar tidak
memberati APBN dengan kondisi bayar bunga di tiap akhir
tahun (jadi add on), serta masa bebas bayar (grace period)
utang pokok selama 10 tahun.
b. Penggunaan dana kredit BI tersebut, harus diawasi oleh
DPR dan BPK. Mempunyai administrasi komputerisasi yang
bagus dan jelas. Pemeliharaan administrasi obligasi yang
diterbitkan dan diberikan ke BI harus dengan komputerisasi
yang baik dan jelas.
125
dpr .go.id