Page 314 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 314

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   dalam kepemimpinan nasional merupakan gambaran ketidaksabaran
                                                   yang secara luas terasa dan semakin meningkat di kalangan orang
                                                   Indonesia karena keterlambatan Jepang dalam memenuhi janji
                                                   kemerdekaan kepada Indonesia. Sebagai jawaban penguasa Jepang
                                                   atas usul tersebut di atas, pada tanggal 2 Juli 1945, diumumkan
                                                   persetujuan untuk mendirikan “Gerakan Rakyat Baru”. Gunseikan
                                                   mengangkat empat wakil Indonesia untuk mengetuai panitia persiapan,
                                                   sementara Gerakan Rakyat Baru, diwakili oleh Soekarno dan Hatta
                                                   dari kaum nasionalis dan Hokokai, Wahid Hasyim dari Masyumi, dan
                                                   Wiranatakusumah yang merupakan mantan Bupati Bandung.
                                                         Setelah organisasi tersebut di atas dibentuk, Somubucho
                                                   menegaskan bahwa setiap organisasi pemuda yang tergabung
                                                   di dalamnya harus tunduk kepada perwakilan sipil generasi tua
                                                   yang diangkat Gunseikan dalam kerjasama dengan pemerintah. Ini
                                                   menimbulkan reaksi dari para pemuda, sehingga ketika badan ini
                                                   dibentuk, tokoh golongan pemuda radikal tidak ada yang bersedia
                                                   duduk di kursi yang disediakan untuk mereka. Di sini tampak adanya
                                                   perselisihan paham antara golongan tua dan golongan muda tentang
                                                   pelaksanaan berdirinya negara Indonesia merdeka.
                                                         Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, sejak Maret 1942
                                                   sampai dengan Agustus 1945, bekas Hindia Belanda hidup di bawah
                                                   suatu pendudukan militer. Masa yang singkat ini secara mendalam
                                                   telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan di Indonesia, misalnya
                                                   stratifikasi sosial yang tidak lagi berdasarkan kategori rasial, yang
                                                   pada masa penjajahan Belanda merupakan ciri masyarakat kolonial,
                                                   ataupun atas dasar kelahiran menurut tingkat kebangsawanan. Hal
                                                   ini semua berubah di masa pendudukan Jepang. Bangsa Indonesia,
                                                   yang pada masa penjajahan Belanda menduduki tingkatan sosial yang
                                                   terakhir, pada masa pendudukan Jepang justru menduduki tingkat
                    Politik Jepang di              yang “seharusnya” di tanah airnya sendiri.
                   Jawa merupakan                        Politik Jepang di Jawa merupakan kebalikan daripada apa yang

                              kebalikan            sebelumnya dijalankan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, yang secara
                         daripada apa              tradisional kebijaksanaan penjajahannya bertumpu pada dukungan
                                                   kaum bangsawan Indonesia dan para pejabat dari kelas priyayi. Pada
                  yang sebelumnya                  masa pendudukan Jepang, pemimpin-pemimpin nasionalis Indonesia
                      dijalankan oleh              ditunjuk sebagai pejabat tinggi, sedangkan golongan Islam mendapat

               Pemerintah Kolonial                 tempat atau perhatian yang istimewa. Meskipun begitu, peranan yang
                                                   dimainkan orang Indonesia, terutama dalam posisi penasihat bagi
                             Belanda, ...          Pemerintah Pendudukan Militer Jepang, bersifat sangat terbatas dalam
                                                   kenyataannya. Chuo Sangi-in di Jakarta beserta cabang-cabangnya di
                                                   daerah adalah forum yang sama sekali tidak memadai bagi kegiatan





                                       dpr.go.id   312





         A BUKU SATU DPR 100 BAB 04 CETAK BARU.indd   312                                                          11/18/19   4:51 AM
   309   310   311   312   313   314   315   316   317   318   319