Page 223 - BUKU NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN
P. 223
MENYERAP ASPIRASI MENCIPTAKAN SOLUSI
NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN
dideklarasikan pada 5 Januari 1973 sebagai fusi dari sejumlah partai Islam
yaitu Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Sarekat Islam Indonesia (PSSI),
Persatuan Tarbiyah Islamiah (Perti) dan Partai Muslimin Indonesia (Parmusi).
Jas-jas seragam SI dan PPP masih tersimpan rapi di lemari peninggalan Thayeb
Mohammad Gobel. Karena itu tak heran jika Rachmat Gobel memiliki darah
religiusitas dan kebangsaan yang kuat.
Memahami Sejarah Bangsa
Tidak hanya dari keluarga, pemahaman Rachmat Gobel terhadap
pertautan nilai kebangsaan dan keagamaan juga datang dari pemahamannya
terhadap sejarah bangsa Indonesia yang Ia rujuk dari pidato tokoh proklamator
kemerdekaan Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945. Dalam pidato yang dikenal sebagai
hari lahir Pancasila itu Bung Karno menyatakan, “Hendaknya negara Indonesia
ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan
cara leluasa. Segenap rakyat hendaknya bertuhan secara kebudayaan, yakni
dengan tiada egoisme-agama. Dan hendaknya Negara Indonesia satu negara
yang bertuhan!”
Dasar Ketuhanan ini, kata Sukarno, telah menjadi sejarah bangsa dalam
kehidupan masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. “Bagaimana seluruh
rakyat Indonesia pada garis besarnya? Kalau
pada garis besarnya telah saya gogo, saya
selami, sudah saya lihat secara historis, sudah
saya lihat dari sejarah keagamaan, pada garis
besarnya rakyat Indonesia ini percaya kepada
Tuhan,” katanya, dalam pidato kursus Pancasila
pada 1958.
Latar belakang sejarah yang panjang
sebagai masyarakat yang beragama maka
masyarakat Indonesia tidak lepas dari kehidupan
keagamaan. Karena itu, semua agama yang
kemudian datang mudah berkembang dan
hidup subur. Ini karena masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat religius.
Dalam pidato 1 Juni, Sukarno
menempatkan sila Ketuhanan pada urutan
226 dpr .g o.id