Page 225 - BUKU NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN
P. 225
MENYERAP ASPIRASI MENCIPTAKAN SOLUSI
NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN
dimaksud Bung Karno. “Ketuhanan Yang Maha Esa tidak lagi hanya dasar
hormat menghormati agama masing-masing, melainkan jadi dasar yang
memimpin,” kata Bung Hatta. Tak hanya itu, kata Hatta, “Di bawah bimbingan
sila yang pertama, sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kelima sila itu ikat-mengikat”.
Sila Ketuhanan ini memiliki posisi yang penting, sebagaimana sila
Kebangsaan yaitu dasar moral, yang satunya menjadi dasar politik. Keduanya
harus berjalan seiring, karena itu, slogan Bhinneka Tunggal Ika menempati
posisi yang tak kalah pentingnya karena mengamanahkan persatuan.
Tentang persatuan itu, telah ditangkap dengan baik oleh para founding
fathers dalam Panitia Sembilan. Sila Kebangsaan dinilai masih kurang tegas
untuk konteks mempersatukan sehingga bunyinya berubah menjadi Persatuan
Indonesia. Di sini kata persatuan menjadi penekanan tersendiri. Selain itu, sesuai
Pasal 29 Ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “Negara berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”, dan Pasal 29 Ayat 2 yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu” telah menempatkan
Indonesia sebagai negara religius dan bukan negara sekular, namun juga bukan
negara agama. Dasar-dasar inilah yang menjadi pegangan dalam berbangsa
dan bernegara Indonesia.
“Sebagai kader Partai NasDem, saya harus bahwa nilai-nilai dasar
negara dan partai, serta realitas sosial masyarakat Indonesia adalah penuntun
kita untuk berperilaku hidup yang religius dan ini harus menjadi pendorong
kemajuan bangsa, bukan menjadi penghambat,” kata Rachmat Gobel.
Membangun Politik Persabahatan
Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Tidak hanya terdiri berbagai
suku dan bahasa, agamanya pun beragam. Menurut data BPS, tidak kurang
dari 1.340 suku bangsa yang hidup Indonesia dengan berbagai perbedaan
budaya yang membentuk keanekaragaman bangsa ini.
Negara Indonesia juga mengakui keragaman kehidupan keagamaan.
Agama-agama pendatang, yaitu Hindu, Budha, Islam, Katolik, Kristen, dan
Konghucu merupakan agama-agama yang diakui keberadaannya. Demikian
pula dengan penghayat kepercayaan, atau agama lokal, seperti Sunda Wiwitan,
Kaharingan, dan lainnya. Keanekaragaman di Indonesia semakin luas karena
masyarakat juga terafiliasi kepada berbagai organisasi yang masing-masing
228 dpr .g o.id