Page 59 - BUKU NATIONAL INTEREST DAN AGENDA PEMBANGUNAN EDISI KE-2
P. 59

KIPRAH TAHUN KEDUA WAKIL KETUA DPR/KORINBANG DR. (H.C.) RACHMAT GOBEL

                    pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, mendorong transformasi
                    ke produk yang bernilai tambah tinggi, memperkuat transfer teknologi.
                       Data-data  mengisyaratkan, betapa pentingnya melakukan restorasi secara
                    menyeluruh di bidang perekonomian karena masalah yang dihadapi sangat
                    struktural. Kebijakan  ekonomi saat ini  belum  mampu menciptakan iklim
                    usaha yang kondusif bagi pengembangan produk nasional agar mempunyai
                    daya saing kuat.
                       Jika tren saat ini tidak bisa diatasi atau  terus berlanjut, fondasi struktur
                    ekonomi nasional akan rapuh  menghadapi  persaingan global yang kian
                    ketat. Negeri ini sangat membutuhkan industrialisasi agar bisa mewujudkan
                    visi menjadi negara maju pada 2045 mendatang.
                       “Kegagalan kita melakukan restorasi di struktur ekonomi akan membuat
                    visi membawa Indonesia menjadi salah satu Negara Industri Maju ke pentas
                    dunia  hanya akan menjadi utophia atau mimpi. Harus ada gebrakan untuk
                    memperbaiki kondisi industri nasional saat ini,” kata Rachmat Gobel.


                    Bentengi Pasar Domestik
                       Membentengi atau memproteksi pasar domestik harus menjadi prioritas
                    utama  dengan membatasi impor produk  tertentu  dengan memperketat
                    persyaratan, dan tetap menerapkan berbagai standar World Trade
                    Organization (WTO). Proteksi sangat lazim dilakukan,   tidak hanya oleh
                    negara berkembang, negara majupun melakukannya.
                       Harus diakui,  tingkat liberalisasi perdagangan di Indonesia tergolong
                    tinggi, sehingga barang impor dengan mudah  bisa masuk. Instrumen
                    hambatan dagang yang diterapkan masih  sangat sedikit.  Menurut data
                    Kementerian Perindustrian, Indonesia hanya miliki 102 safeguard, sementara
                    negara lain seperti China memiliki 1.020 , Thailand 226, dan Filipina 307.
                       Untuk antidumping, Indonesia hanya punya untuk 48 produk, sedangkan
                    India  memiliki  280 dan  Filipina  250 instrumen antidumping. Begitu  juga
                    dengan pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib yang disebut
                    technical barrier to trade, Indonesia baru memberlakukan SNI Wajib pada
                    172 jenis produk, jauh lebih sedikit dibandingkan Uni Eropa sebanyak 4.004,
                    China 1.170, Thailand 585, Filipina 250, dan Malaysia 227.
                       “Langkah memproteksi pasar dalam negeri masih jauh dari yang
                    seharusnya  bisa  dilakukan,  dan  ini  sangat  merugikan.  Proteksi  harus
                    diperkuat. Secara aturan WTO,  peluang itu sangat terbuka, sayangnya selama
                    ini tidak dimanfaatkan secara maksimal. Baik melalui Komisi maupun Fraksi
                    saya akan berupaya untuk mendorong agar proteksi pasar dalam negeri ini
                    diperkuat,” kata Rachmat Gobel.


                                                       41
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64