Page 94 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 94

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                 BERPARLEMEN



                                                  Masyumi dalam DPR-GR, praktis telah menutup peran serta Masyumi
                                                  dalam kelembagaan negara. Lebih dari itu, kiprah Masyumi di pentas
                                                  politik nasional bahkan lenyap sama sekali tatkala pada tanggal 17
                                                  Agustus 1960, Presiden Soekarno secara resmi meminta pengurus
                                                  partai ini membubarkan partainya.
                                                       Pimpinan Masyumi mengumumkan keputusan presiden ini di
                                                  koran miliknya, Abadi, pada tanggal 18 Agustus 1960 atau sehari setelah
                                                  keputusan presiden tersebut dibuat. 134
                                                       Dua bulan setelah anggota DPR-GR dilantik, DPR-GR akhirnya
                                                  melaksanakan Rapat Pleno DPR-GR untuk pertama kalinya, yaitu
                                                  pada tanggal 31 Agustus 1960. Rapat Pleno berkait dengan pidato
                                                  Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1960 yang mengumumkan
                                                  pemutusan hubungan diplomatik Indonesia dengan Belanda.
                                                       Hubungan Indonesia dengan Belanda saat itu memang telah
                                                  berada pada titik terendah, mengacu pada laporan dalam Buku Tahunan
                                                  Kementerian Luar Negeri Belanda tahun 1958/1959. Pemerintah
                                                  Belanda, dalam buku tersebut, menganggap tindakan-tindakan
                                                  pemerintah Indonesia yang mengambil alih perusahaan-perusahaan
                                                  Belanda di Indonesia, sebagai tindakan sewenang-wenang dan tidak
                                                  sah. Karena hal tersebut, Indonesia, dituntut untuk mengembalikannya
                                                  kembali dan membayar ganti rugi atas kerusakan-kerusakan yang
                                                  timbul.  Sejak tahun 1957, kaum buruh dan karyawan Indonesia
                                                        135
                                                  memang telah mulai melakukan pengambila-alihan milik perusahaan
                                                  Belanda di Indonesia sebagai aksi pembebasan Irian (Papua). Untuk
                                                  mencegah anarki, Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal Nasution selaku
                                                  Perang Pusat, memutuskan untuk mengambil-alih semua perusahaan
                                                  milik Belanda dan kemudian menyerahkannya kepada pemerintah
                                                  Indonesia.
                                                           136
                                                       Terhadap pidato Presiden Soekarno tersebut, Komisi Luar
                                                  Negeri DPR-GR segera saja menyikapinya dengan mengadakan rapat-
                                                  rapat, termasuk dengan Menteri Luar Negeri, untuk membicarakan
                                                  pemutusan hubungan diplomatik tersebut. Tanggal 29 Agustus 1960,

                                 Gambar 2.5.6     Komisi Luar Negeri DPR-GR berhasil menyusun dua usulan pendapat.
                  Koordinasi Bidang Kerja Komisi   Oleh Pimpinan DPR-GR, usulan ini dibawa ke Rapat Pleno DPR-GR.
                                      DPR-GR
                                                  Dalam Rapat Pleno pertama tersebut, DPR-GR dengan suara bulat
                                                  menyetujui kedua usulan pendapat Komisi Luar Negeri sebagai
                                                  Pernyataan Pendapat DPR-GR.

                                                  134   Abadi, 18 Agustus 1960, hlm. 1
                                                  135   Abadi, 21 September 1959, hlm. 1
                                                  136   Poesponegoro dan Notosusanto, Op. Cit., hlm. 332-333




                                     dpr.go.id   88
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99