Page 95 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 95

D ARI DPR HA SIL  PEMIL U 1955
                                                                                                      KE DPR -GR



                                                       Pernyataan pendapat pertama berisi tentang dukungan penuh
                                                  DPR-GR terhadap pemutusan hubungan diplomatik Indonesia
                                                  dengan Belanda; desakan kepada pemerintah untuk menyita aset-
                                                  aset Belanda; dan menganjurkan kepada negara-negara Asia Afrika
                                                  untuk memberikan solidaritasnya bagi Indonesia dalam pengembalian
                                                  wilayah Irian Barat ke Indonesia. Sementara itu, pernyataan pendapat
                                                  kedua  berisi  tentang  protes  terhadap  pemerintah  Jepang  yang
                                                  mengizinkan kapal induk Karel Doorman milik Belanda singgah ke
                                                  pelabuhan Yokohama dalam perjalanan menuju ke Irian Barat, sekaligus
                                                  menganjurkan kepada pemerintah agar mengambil tindakan tegas
                                                  dalam bidang diplomatik dan ekonomi terhadap Jepang. Diserukan
                                                  juga kepada parlemen Jepang agar mendesak pemerintahnya untuk
                                                  membatalkan izin kunjungan kapal tersebut. 137
                                                       Sampai pada waktu rapat pleno pertama DPR-GR yang
                                                  membahas tindak lanjut langsung dari pidato Presiden Soekarno
                                                  mengenai pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda ini,
                                                  kepemimpinan dalam Demokrasi Terpimpin memperlihatkan
                                                  Soekarno sebagai pemimipin yang sangat berkuasa. Pembubaran
                           ada saat itu,          DPR yang dilanjutkan pembentukan DPR-GR serta dibubarkannya

                             demokrasi            Liga Demokrasi sebagai “lembaga oposisi terakhir” dari para politisi
                           merupakan              memperlihatkan berjalannya proses politik yang semuanya bermuara
                                                  pada Soekarno. Demokrasi Terpimpin telah menjadi titik balik dari
                          perwujudan
                                                  proses politik yang berjalan pada masa Demokrasi Parlementer.
                 kehendak presiden                Pada saat itu, demokrasi merupakan perwujudan kehendak presiden

                         dalam rangka             dalam rangka menempatkan dirinya sebagai satu-satunya institusi
                       menempatkan                yang paling berkuasa di Indonesia. Perwujudan demokrasi antara lain
                                                  memiliki karakteristik sebagai berikut.
                       dirinya sebagai
                                                       1.  Mengaburnya sistem kepartaian. Partai-partai politik
                         satu-satunya                      memang masih memiliki otonomi dalam proses internalnya,

                         institusi yang                    walaupun dalam perjalanan selanjutnya dibatasi hanya 10
                   paling berkuasa di                      partai politik. Kehadiran partai-partai politik tidak lagi
                                                           untuk mempersiapkan diri dalam rangka kontestasi politik
                             Indonesia.
                                                           untuk mengisi jabatan politik di pemerintahan, tetapi lebih
                                                           merupakan elemen penopang dari tarik ulur antara Presiden
                                                           Soekarno, Angkatan Darat, dan Partai Komunis Indonesia.
                                                       2.  Dengan terbentuknya DPR-GR, peranan lembaga legislatif
                                                           dalam sistem politik nasional menjadi semakin lemah. Sebab,
                                                           DPR-GR kemudian menjadi instrumen Politik Presiden

                                                  137   Hardiman, Op. Cit., hlm. 268




                         SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   89
                           REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100