Page 138 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 138

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN




                                                   Orde Baru saat itu; soal isu salah urus Pertamina, isu korupsi, dan isu
                                                   kesenjangan ekonomi antara orang kaya dengan kaum miskin. Selain
                                                   itu, muncul pula kasus undang-undang perkawinan, dan saat menjelang
                                                   Pemilu 1977, kasus dilegalkan kepercayaan kejawen dalam hukum dan
                                                   perundangan Republik Indonesia.
                                                         Pada awal-awal tahun 1970, mengemuka isu korupsi dan
                                                   penanaman modal asing. Jakarta bergolak. Kasak-kusuk di kalangan
                                                   mahasiswa di beberapa kota besar di Indonesia (khususnya Jakarta
                                                   dan Bandung) mulai banyak. Kasak kusuk itu tidak hanya hinggap pada
                                                   mahasiswa, juga pada aktivis-aktivis non mahasiswa. Isu penanaman
                                                   modal asing yang kemudian ditolak oleh para mahasiswa dan beberapa
                                                   aktivis mandiri non-mahasiswa, memuncak pada tanggal 15 Januari
                                                   1973. Kerusuhan besar terjadi di Jakarta dan Bandung. Mahasiswa
                                                   turun ke jalan menuntut perbaikan, menolak Perdana Menteri Tanaka
                                                   (Jepang) sebagai perwakilan pihak asing yang berinvestasi di Indonesia,
                            Sedangkan              dan isu korupsi. Juli 1970, muncul gerakan Komite Anti Korupsi (KAK)
                       Masyumi yang                yang dipimpin oleh mahasiswa Arief Budiman, Sjahrir, dan Marsillam
                              kemudian             Simandjuntak.

                 dihidupkan kembali                      Pada  tanggal  6  Desember  1974  pemerintah  menyampaikan
                        dengan nama                Rancangan Undang-undang (RUU) tentang partai politik dan Golongan
                      Parmusi adalah               Karya kepada DPR. Rancangan Undang-undang ini cukup penting
                    partai Islam yang              mengingat bahwa peleburan partai-partai politik secara besar-besaran
                         tidak popular             adalah untuk pertama kalinya di dalam sejarah kepartaian di Indonesia,
                                                   tidak terkecuali bagi partai-partai Islam meskipun aspirasi Islam
                 dimata pemerintah                 menjadi jiwa dari setiap partai. Melihat sejarahnya maka partai-partai
                      dan dibubarkan               seperti Masyumi adalah partai yang dianggap pelopor dalam gerakan

                       oleh Soekarno.              modern Islam di Indonesia. Sedangkan NU adalah reaksi lain di dalam
                                                   Islam terhadap gerakan modernis ini.
                                                         Di dalam sejarahnya misalnya tidak pernah ada masa di mana
                                                   keduanya mempunyai aspirasi politik yang sama. Sedangkan Masyumi
                                                   yang kemudian dihidupkan kembali dengan nama Parmusi adalah
                                                   partai Islam yang tidak popular di mata pemerintah dan dibubarkan
                                                   oleh Soekarno. Ini sebenarnya menunjukkan bahwa di dalam tubuh
                                                   partai-partai yang dileburkan jadi satu dengan yang lain sukar untuk
                                                   dijadikan satu begitu saja.
                                                                           172
                                                         Dalam menyikapi dinamika kehidupan sosial politik dan
                                                   kebudayaan tersebut, DPR RI memainkan peran penting dalam



                                                   172  Daniel Dhakidae.  “Pemilihan Umum di Indonesia”. Prisma  No. 9 tahun 1981




                                       dpr.go.id   132





         Bab III.indd   132                                                                                         11/21/19   18:10
   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143