Page 137 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 137

MENGU ATNYA  PENGARUH ORDE B ARU
                                                                                               DI DPR (19 71 - 19 77)



                                                             pelembagaan peran di wilayah politik dengan non politik.
                                                             Ketiga, perubahan nilai dan norma dengan nilai dan norma
                                                             baru.


                                                         3.5.1. Pro dan Kontra Terhadap Gagasan Fusi Partai
                                                         Gagasan tersebut diikuti oleh sikap pro dan kontra. Yang
                                                   pertama kali menyambut ialah PNI dan IPKI, kemudian diikuti oleh
                                                   Parmusi dan Nahdlatul Ulama (NU). Menurut Lukman Harun (Parmusi),
                                                   gagasan pengelompokan partai dapat memberikan keuntungan
                                                   bagi partai politik Islam. Dengan pengelompokan tersebut partai
                      Golongan yang                Islam akan bersatu dari yang semula terpecah-pecah berdasarkan
                           menentang               kepentingan kelompok masing-masing. Sedangkan menurut Subhan
                     pengelompokan                 Z.E., seorang tokoh NU, pengelompokan partai akan memudahkan
                 partai politik adalah             proses pengambilan keputusan sehingga alternatif pendapat-pendapat

                 Parkindo dan Partai               dalam masyarakat dapat diperkecil.
                                 Katolik.                Golongan yang menentang  pengelompokan  partai  politik
                                                   adalah Parkindo dan Partai Katolik. Alasan penolakan mereka karena
                                                   dikelompokannya kedua partai ini dalam golongan spiritual dan
                                                   bukan kepada ide pengelompokan itu sendiri. Mereka lebih senang
                                                   jika dimasukkan ke dalam golongan nasionalis. Alasannya, golongan
                                                   nasionalis dapat melaksanakan program yang tidak mementingkan
                                                   motif-motif ideologis. Bahkan Partai Katolik menegaskan lebih baik
                                                   membubarkan diri daripada masuk ke kelompok Spiritual. Akhirnya,
                                                   pada tanggal 4 Maret 1970, terbentuklah Golongan Nasionalis yang
                                                   terdiri dari PNI, Murba, IPKI , Partai Katolik dan Parkindo. Dan pada
                                                   tanggal 14 maret 1970 terbentuk Golongan Spiritual yang terdiri dari
                                                   NU, Parmusi, PSII, dan Perti. Golongan Nasionalis kemudian diberi
                                                   nama “Kelompok Demokrasi Pembangunan”, dan kelompok spiritual
                                                   diberi nama “Kelompok Persatuan”.  Dalam pengelompokan seperti
                                                                                    171
                                                   itulah partai-partai ikut tampil dalam pemilihan umum tahun 1971.


                                                   3.6. Berbagai Produk UU yang dihasilkan

                                                   DPR
                                                         Dalam usaha memperkuat sendi-sendi pemerintah yang
                                                   berkuasa saat itu, pasca pelaksanaan Pemili 1971,  di saat yang sama
                                                   pemerintah mengalami beragam kisruh yang dapat merongrong
                                                   kekuasaannya. Beberapa isu utama menjadi masalah pemerintahan


                                                   171   Arif Zulkifli. 1996. PDI di Mata Menengah Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Hal. 56—57.




                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   131
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         Bab III.indd   131                                                                                         11/21/19   18:10
   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142