Page 47 - MAJALAH 102
P. 47
Siswono Yudo Husodo saat rapat badan Kehormatan.
sang kiai. Dari sinilah Siswono kecil menyerap banyak Bila ditanya cita-citanya sewaktu tinggal di Kendal,
ilmu agama dan kearifan sang kiai. “Kiai Erfan sangat ia menjawab ingin menjadi tentara. Suasana heroisme
sayang pada saya.” perjuangan mempengaruhi cita-citanya. Siswono kecil
ingin berseragam tentara, memanggul senjata, dan
Siswono masih ingat petuah Kiai Erfan. Bila memimpin pasukan. “Keinginan saya bukan jadi tentara
menunaikan salat resapi, dimengerti, dan dihayati apa dengan pangkat yang tinggi. Paling tinggi kaptenlah,
yang diucapkan. Jangan hafal bacaannya tapi tak tahu karena itu yang gagah sekali. Memimpin pasukan satu
artinya. Komunikasi kita dengan Allah itu komunikasi kompi, sekitar 150 orang,” jelasnya penuh tawa.
batin yang harus dihayati. Bacaan salat iftitah, salawat,
takbir, dan tasyahud harus dipahami betul maknanya. Usai menamatkan SD, Siswono melanjutkan ke SMP
Karena harus meresapi bacaan salat, maka Siswono 1 Kendal, tahun 1955. Prestasinya terus berlanjut. Ia,
kecil selalu menunaikan salat dengan bahasa Indonesia, memang, salah satu siswa yang cerdas. Tahun 1958, ia
bukan bahasa Arab. Bahkan, kebiasaan salat berbahasa tamat SMP. Di tahun ini, keluarganya hijrah ke Jakarta
Indonesia ini bertahan hingga ia duduk di bangku SMA. dan tinggal di Jl. Raden Saleh, Menteng. Siswono muda
Kiai Erfan membolehkannya walau juga menganjurkan melanjutkan sekolah di SMA 1 Budi Utomo. Setiap hari ia
memakai bahasa Arab. pergi ke sekolah menggunakan sepeda ontel atau naik
trem dari Kramat ke Lapangan Banteng. Saat tinggal
Saat di Kendal, Siswono menyukai sepak bola. Ia suka di Jakarta, Siswono sering sekali singgah di pelabuhan
sekali bermain bola bersama sahabat-sahabat kecilnya. Tanjung Priuk.
Sampai mahasiswa olahraga ini sangat disukai. Bahkan,
Siswono pernah menjadi pemain Persib saat tinggal Ia teringat masa kecil saat tinggal di Kalimantan
di Bandung. Senang rasanya mengenang masa kecil pindah ke Sulawesi dan pindah ke Jawa, suka melihat
di kampung. Di sisi lain, suasana revolusi dan perang kapal berlayar di laut lepas. Saat kapal bersandar
kemerdekaan masih sangat terasa. “Paman-paman di Pelabuhan Tanjung Priuk, ia mendekat. Seorang
saya terlibat langsung dalam perang kemerdekaan itu,” nahkoda kapal keluar dari kapalnya. Pemuda Siswono
ungkap Siswono. terpesona melihat penampilan sang nahkoda yang
berbusana serba putih. Gagah sekali. Ia jadi kepincut
PARLEMENTARIA EDISI 102 TH. XLIII, 2013 47