Page 10 - MAJALAH 205
P. 10
LAPORAN UTAMA
Sebagai Pemanfaat, DALAM catatan
PT PLN (Persero)
PLN Harus Perbaiki sampai pada
tahun 2030,
kapasitas
Manajemen Tata terpasang
pembangkit listrik
mencapai 99,2
Kelola Diantaranya 45 persen atau sebanyak
Giga Watt (GW).
44,7 GW masih didominasi oleh
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
batu bara. Sementara, pembangkit
gas 26 persen, PLTA 15 persen, PLTP
Energi listrik tanah air saat ini masih menjadi pengguna terbesar 6 persen, PLTS 5 persen, PLT EBT 2
batu bara. Padahal, selain tidak bisa diperbarui, cadangan energi persen dan PLT EBT Base 1 persen.
fosil dalam negeri cukup mengkhawatirkan. Anggota Komisi VII DPR RI Lamhot
Sinaga menilai PT PLN harus memiliki
rencana kerja yang benar terkait tata
kelola batu bara untuk memenuhi
kebutuhan pembangkit listrik dalam
negeri. Pasalnya, hal ini sudah pernah
terjadi pula di beberapa tahun
belakangan, yaitu pada tahun 2008 dan
2018.
Dikutip dari salah satu media nasional,
pada tahun 2008, kenaikan produksi
batu bara tertahan, bersamaan dengan
terjadinya. Kenaikan produksi batu
bara yang konsisten mencatatkan
Anggota Komisi VII DPR RI pertumbuhan, pada 2008 turun 5 persen
Lamhot Sinaga. Foto: Azka/nvl
menjadi 178,93 juta ton.
Pada 2018, Indonesia tercatat
mengekspor 6 juta ton batu bara
berkalori rendah 4.200 kcal ke Eropa,
namun karena pertimbangan emisi,
volume ekspor dikurangi secara
signifikan. Selama ini pasokan utama
batu bara kawasan ini berasal dari Rusia
dan Kolombia. Namun pasokan dari
dua negara ini juga tersendat
karena tingginya permintaan.
Karena itu, tata kelola
batu bara oleh PT PLN
harus mampu mengatasi
beberapa permasalahan
yang ada di internal
PLN saat ini. Pertama,
ketidakmampuan PLN
melakukan negosiasi bisnis
dan membangun kerja sama dengan
perusahaan batu bara untuk jangka
panjang, sesuai rencana kerja PLN.
10 PARLEMENTARIA EDISI 205 TH. 2022