Page 3 - MAJALAH 90
P. 3

PESAN  PIMPINAN





           Budaya Demokrasi Dan Mental Korupsi



           Demokrasi dan korupsi, dua hal yang sangat mengemuka akhir-akhir ini, bahkan memuncul-
           kan keprihatinan mendalam, setelah melihat fakta maraknya kasus korupsi yang dilakukan oleh
           aparat Pemerintah/birokrat, para politisi, bahkan oknum penegak hukum.
           Banyaknya kasus korupsi di tengah-tengah proses demokrasi yang sedang dibangun
           bersama ini, memicu satu pertanyaan, “apakah demokrasi yang tengah kita
           tumbuhkembangkan itu menghasilkan mental yang korup?”



























           Pimpinan DPR RI
              alam  khasanah  ilmu  politik,  de-  acuan seluruh penduduk, yaitu :  per-  warganegara  Indonesia  seharusnya
                                                                       2
           Dmokrasi,  baik  dalam  bentuk    tama,  kesadaran  akan  kemajemukan   memandang  kemajemukan  negeri
           sistem, budaya, sampai kepada perika-  (pluralitas).  Kesadaran  akan  kemaje-  ini  sebagai  rahmat  yang  harus  tetap
           lu, diyakini sebagai sebuah nilai yang   mukan tidak sekedar pengakuan pasif   dipelihara  dan  dilestarikan.  Memak-
           baik  meskipun  bukan  yang  terbaik.   akan kenyataan masyarakat yang ma-  sakan keinginan individu dan kelom-
           Kata mantan Perdana Menteri Inggris   jemuk. Kesadaran akan kemajemukan   pok, baik bernuansa agama maupun
           Winston  Churchill,  sistem  demokrasi   menghendaki  tanggapan  dan  sikap   budaya,  pada  dasarnya  merupakan
           memang  bukanlah  sistem  yang  ter-  positif  terhadap  kemejemukan  itu   sikap yang berlawanan dengan takdir
           baik, namun saat ini belum ada sistem   sendiri  secara  aktif.  Pengakuan  akan   kemajemukan  tersebut.  Dengan  kata
           yang lebih baik dari demokrasi. Arti-  kenyataan perbedaan harus diwujud-  lain, kenyataan alamiah kemajemukan
           nya, kita masih dalam taraf menjalan-  kan dalam sikap dan perilaku meng-  Indonesia dapat dijadikan modal po-
           kan  sekaligus  mengkoreksi  nilai-nilai   hargai dan mengakomodasi beragam   tensial  bagi  masa  depan  demokrasi
           demokrasi  tersebut.  Namun,  sebagai   pandangan dan sikap orang dan ke-  Indonesia. Bukan sebaliknya, menjadi
           sistem  sosial  dan  politik  yang  ideal,   lompok    lain,    sebagai  bagian  dari   ancaman  bagi  eksistensi  NKRI  dan
           demokrasi  menyediakan  ruang  bagi   kewajiban  warganegara  dan negara   dasar negara Pancasila.
           kita untuk menciptakan: (1) kebaikan   untuk  menjaga  dan  melindungi hak   Kedua,  musyawarah.  Makna  dan
           bersama,  (2)  identitas  bersama,  (3)   orang lain untuk diakui  keberadaan-  semangat  musyawarah  ialah  meng-
           hubungan  kekuasaan,  (4)  legitimasi   nya.                        haruskan adanya keinsafan dan kede-
           kewenangan yang diatur dalam kon-    Jika norma ini dijalankan diharap-  wasaan  warganegara  untuk  secara
           stitusi,  (5)  hubungan  politik  dengan   kan  dapat  mencegah  meunculnya   tulus  menerima  kemungkinan  untuk
           ekonomi.  1                       sikap  dan  pandangan  hegemoni   melakukan negosiasi dan kompromi-
             Dalam kehidupan masyarakat yang   mayoritas  dan  tirani  minoritas.  Se-  kompromi sosial-politik secara damai
           demokratis  juga  ditanamkan  norma   bagai bangsa yang majemuk, seluruh   dan  bebas  dalam  setiap  keputusan
           dan  nilai  pokok  yang  harus  menjadi   2. Ubaedillah dan Abdul Rozak (penyunting), Demokrasi, Hak   bersama.   Semangat   musyawarah
                                             Asasi Manusia dan masyarakat madani (Jakarta: ICCE dan UIN
                                             Syarif Hidayatullah, 2006), hal. Nurcholish Madjid, Cita-Cita   menuntut agar setiap orang menerima
               Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grasindo,   Politik Islam Era Reformasi (Jakarta: Paramadina,  999), hal.   kemungkinan terjadinya, “partial func-
           20 0), hal. 290-295.               05-  3 dan  83- 99.




                                                                                                                                                                                                     | PARLEMENTARIA  |  Edisi 90 TH. XLII, 2012 |
                                                                                                                                                                                                               ARIA |
                                                                                                                                                                                                                          TH. XLII, 2012 |
                                                                                                                                                                                                     |
           | PARLEMENTARIA |  Edisi 90 TH. XLII, 2012 || PARLEMENTARIA |  Edisi 90 TH. XLII, 2012 |
                                                                                                                                                                                                                    Edisi 90

                                                                                                                                                                                                      ARLEMENT
                                                                                                                                                                                                     P
   1   2   3   4   5   6   7   8