Page 69 - Stabilitas Edisi 214 Tahun 2025
P. 69
terkena tarif, hanya China mengambil
langkah melakukan retaliasi dengan
memberlakukan tarif tandingan, yang
kemudian direspons kembali oleh AS
dengan menaikkan tarif dagang hingga
125 persen.
“Sistem yang sebenarnya diciptakan
sendiri oleh Amerika Serikat setelah
Perang Dunia II untuk menciptakan
kemajuan ekonomi bersama, namun TENTU KITA
memicu relokasi pabrik/manufaktur DI DALAM
keluar Amerika Serikat dan menciptakan
pengangguran,” kata Sri Mulyani. NEGERI HARUS
MENINGKATKAN DAYA
Pasar Alternatif SAING BARANG-
Presiden Prabowo Subianto
dan Kabinet Merah Putih langsung BARANG KITA,
menyiapkan berbagai langkah SEHINGGA DENGAN
menghadapi guncangan global
tersebut. Seperti kebijakan deregulasi, ADANYA PENINGKATAN
yaitu penyederhanaan regulasi dan DAYA SAING BARANG-
penghapusan regulasi yang menghambat,
khususnya terkait dengan Non-Tariff BARANG KITA BUKAN Saleh Partaonan Daulay,
Barrier. HANYA LAGI KITA Ketua Komisi VII
Hal ini juga sejalan dalam upaya
meningkatkan daya saing, menjaga MENGEJAR EKSPOR KE
kepercayaan pelaku pasar, dan menarik AMERIKA, TETAPI BUKA
investasi untuk menjaga momentum
pertumbuhan ekonomi. Langkah PASAR BARU.
kebijakan strategis lainnya adalah
terus memperbaiki iklim investasi dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi serta
penciptaan lapangan kerja yang luas.
Kondisi menantang ini juga
membuka peluang bagi Indonesia
untuk memperluas pasar di luar dan Pembangunan Ekonomi (OECD). kebijakan ekonomi serta risiko geopolitik
AS. Di era pemerintahan Prabowo, Tidak hanya pemerintah, regulator yang cenderung meningkat.
Indonesia bergabung dalam aliansi jasa keuangan juga terus mempelototi Ketua Komisi VII, Saleh Partaonan
ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, dampak tarif AS terhadap industri Daulay menilai kebijakan tarif 32 persen
Tiongkok, dan Afrika Selatan) sebagai keuangan Tanah Air. Namun, dampaknya oleh AS perlu disikapi dengan benar
upaya memperkuat posisi Indonesia masih belum terlihat. Pasalnya, Rapat oleh pemerintah. Cara menyikapinya,
dalam perdagangan internasional. Dewan Komisioner Bulanan Otoritas tambahnya, tentu dengan negosiasi
Keanggotaan Indonesia di BRICS Jasa Keuangan (OJK) pada 26 Maret atau paling tidak agar kebijakan tarif
memperkuat berbagai perjanjian dagang 2025 menilai stabilitas Sektor Jasa diseimbangkan. “Tentu kita di dalam
multilateral. Indonesia juga telah Keuangan (SJK) tetap terjaga di tengah negeri harus meningkatkan daya saing
menandatangani perjanjian seperti meningkatnya dinamika perekonomian barang-barang kita, sehingga dengan
Regional Comprehensive Economic global. Tidak dipungkiri perekonomian adanya peningkatan daya saing barang-
Partnership (RCEP) dengan 10 negara global cenderung divergent seiring rilis barang kita bukan hanya lagi kita
ASEAN dan Australia, RRT, Jepang, data perekonomian AS yang di bawah mengejar ekspor ke Amerika, tetapi buka
Korea Selatan, dan Selandia Baru, yang ekspektasi, sementara untuk Eropa dan pasar baru. Eropa, Timur Tengah, dan
mencakup 27 persen perdagangan global, Tiongkok di atas ekspektasi. Volatilitas Afrika saya kira itu menjanjikan untuk
serta aksesi ke Organisasi Kerja Sama pasar tetap tinggi seiring ketidakpastian pasar kita,” pungkas Saleh.*
www.stabilitas.id Edisi 214 / 2025 / Th.XX 69