Page 25 - Stabilitas Edisi 213 Tahun 2025
P. 25
untuk menutup kerugian unit bermasalah Terkait risiko ‘subsidi silang’ ini,
tanpa perbaikan fundamental, maka hingga tulisan ini dimuat, Redaksi
modal kerja Danantara bisa terkuras Majalah Stabilitas belum mendapat
habis. jawaban dari pengurus Danantara yang
“Subsidi silang antar-BUMN sudah dikonfirmasi sebelumnya. Perusahaan Umum
memang sudah terjadi selama ini Sementara analis pasar modal (Perum) dan Perseroan
tapi skala Danantara jauh lebih besar Samuel Gunawan mengingatkan, jika Terbatas (PT) akan
sehingga potensi dampak negatifnya gagal melakukan mitigasi efektif maka dipetakan kembali
juga meningkat drastis jika tidak dikelola volatilitas global bisa mengguncang untuk menentukan
secara profesional dan transparan,” kata stabilitas ekonomi domestik melalui efek kelayakan mereka
Reza. domino ke sektor riil nasional terutama masuk ke dalam
Sementara, dengan adanya jaminan industri manufaktur dan jasa pendukung Danantara.
dukungan internal holding terhadap lainnya. “Ketidakpastian ekonomi dunia
unit bermasalah, manajemen anak seperti perang dagang atau krisis finansial
usaha mungkin terdorong mengambil dapat berdampak langsung pada nilai aset
keputusan bisnis berisiko tinggi karena SWF sehingga perlu strategi diversifikasi
merasa ada “bailout” otomatis—fenomena agresif untuk mitigasi risiko.”
moral hazard. Ini dapat memperburuk Singkat kata, pembentukan
performa keuangan jangka panjang Danantara membawa harapan
karena perilaku manajerial cenderung transformasi besar bagi sektor strategis
kurang disiplin dalam pengelolaan biaya milik negara namun para ahli sepakat
maupun investasi. bahwa tanpa tata kelola transparan
“Menggabungkan berbagai entitas serta manajemen risiko matang. “Risiko
dengan budaya organisasi berbeda- subsidi silang antar-BUMN sehat-kurang
beda membutuhkan sistem tata sehat bisa menjadi bom waktu fiskal,”
kelola terpadu sangat kompleks agar tegas Alm. Faisal Basri.
sinergi tercapai tanpa konflik internal. Pemerintah kini dituntut serius
Kegagalan integrasi budaya korporat bisa menangani tantangan tersebut agar
menyebabkan inefisiensi operasional superholding baru ini benar-benar
hingga kebocoran sumber daya manusia menjadi motor kemajuan ekonomi
berkualitas ke kompetitor swasta nasional bukan justru beban baru bagi
maupun asing,” tegas Reza. APBN maupun masyarakat luas.*
www.stabilitas.id Edisi 213 / 2025 / Th.XX 25