Page 68 - Keadilan Agraria dan Penataan Ruang
P. 68
ini pun didukung dengan pendapat dari Pesik et al. (2016) yang
menyampaikan keluarnya petani dari sektor pertanian adalah upah
yang didapatkan tidak menentu dan terbilang rendah, serta kondisi
pekerjaan pada sektor non pertanian yang lebih menjanjikan dengan
penghasilan yang relatif tetap. Selain itu, risiko kerugian yang
sangat tinggi juga menjadi faktor penyebab generasi muda enggan
menggeluti sektor pertanian sebagai mata pencaharian (Nawawi,
Alfira and Anneja, 2022).
Dari beberapa hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
enggannya anak muda untuk masuk dalam sektor pertanian secara
umum yaitu persepsi kebanyakan orang tentang petani yang dianggap
kurang bergengsi dan penghasilan dengan modal yang dibutuhkan
dalam mengelola usaha pertanian yang tidak sebanding. Maka dari
itu sangat perlu dibuat suatu terobosan, inovasi, dan teknologi serta
penemuan terbaru terkait pertanian yang membuat citra sektor
pertanian menjadi hal yang dianggap menarik oleh anak muda. Dari
beberapa inovasi tersebut juga perlu dibuat regulasi dan progam
pemerintah yang menggugah kesadaran generasi muda untuk terjun
dalam dunia pertanian demi mewujudkan swasembada pangan di
Indonesia.
REFORMA AGRARIA UNTUK GENERASI MILENIAL KUNCI SUKSES
SWASEMBADA PANGAN
Pemerintah mempunyai peran yang besar dalam rangka
penyusunan strategi menuju ketahanan pangan dan pertanian
yang berkelanjutan. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional (ATR/BPN) juga mempunyai program yang
harusnya bisa dimaksimalkan dalam rangka menyelesaikan masalah
ini, yaitu Reforma Agraria.
Reforma Agraria merupakan suatu ide atau gagasan untuk
menanggulangi ketimpangan penguasaan, pemilikan, penggunaan,
dan pemanfaatan tanah demi terwujudnya pemerataan hak dan
Reforma Agraria untuk Generasi Milenial 53
Faizal Tri Pamungkas