Page 5 - Asas-asas Keagrariaan: Merunut Kembali Riwayat Kelembagaan Agraria, Dasar Keilmuan Agraria dan Asas Hubungan Keagrariaan di Indonesia
P. 5

jauh lebih penting dari itu adalah pelaksana politik pertanahan demi
            terwujudnya keadilan sosial. Hal itu berangkat dari kerisauan selama
            ini bahwa kelembagaan pertanahan sejak 1968, mulai dipersempit dan
            didudukkan sebagian dari Departemen Dalam Negeri, yakni Dirjen
            Agraria. Lembaga ini baru dikeluarkan kembali pada 1990 menjadi
            Menteri Negara Badan Pertanahan Nasional (BPN). Sertifikasi tanah
            menjadi tugas istimewa BPN agar si pemilik tanah dapat berhubungan
            dengan pasar.
                 Secara historis kelembagaan agraria yang berujung menjadi

            Badan Pertanahan Nasional memang mengalami downgrading. Pada
            saat UUPA 1960 dihasilkan, bentuk kelembagaan agraria adalah
            kementerian agraria dan berubah naik bahkan menjadi kementerian
            kompartemen pada tahun 1964 pada era Kabinet Dwikora. Mr.
            Sadjarwo yang menjadi Menteri Kompartemen saat itu membawahi
            (1) Menteri Pertanian (Menteri Mr. Sadjarwo), (2) Menteri Perkebunan
            (Drs. Frans Seda), (3) Menteri Kehutanan (Sujarwo), (4) Menteri
            Agraria (Mr. R. Hermanses), (5) Menteri Pembangunan Masyarakat
            Desa (Ipik Gandamana), dan (6) Menteri Pengairan Rakyat (Ir.
            Surahman). Spektrum luas kelembagaan agraria ini tidak terlepas dari
            mandat utama lembaga ini saat itu yakni untuk menjalankan agenda
            reforma agraria. Agenda ini merupakan cita-cita para pendiri bangsa
            yang bertujuan mengubah struktur penguasaan tanah di Indonesia
            dari sistem kolonial dan feodal menjadi sistem pertanahan nasional
            yang berkeadilan.
                 Akan tetapi seiring dengan berakhirnya era pemerintahan

            Soekarno, pada tahun 1968 terjadi penciutan kelembagaan oleh
            pemerintah Orde Baru dalam bentuk Direktorat Jenderal Agraria
            dan Transmigrasi, di bawah Departemen Dalam Negeri. Kebijakan
            ini berdasarkan alasan efisiensi dan penyederhanaan organisasi.
            Secara sistematis pula kewenangan lembaga agraria dan UU yang
            melegitimasinya (semula bersifat terintegrasi) menjadi terpisah-pisah.
            Agraria disektoralisasi sebagai tanah, hutan, air, pertanian, perkebunan,
            yang masing-masingnya dikelola oleh lembaga pemerintah yang




            iv
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10