Page 67 - Himpunan Policy Brief: Permasalahan dan Kebijakan Agraria Pertanahan dan Tata ruang di Indonesia
P. 67

PERAN DATA PERENCANAAN DALAM PENETAPAN LOKASI
                                            UNTUK PENGADAAN TANAH

                      Haryo Budhiawan, Priyo Katon Prasetyo, Sudibyanung, dan Theresia Supriyanti



             Ringkasan Esksekutif
             Perkembangan  pembangunan  di  Indonesia  semakin  hari  semakin  meningkat.  Pembangunan
             tersebut tentunya tidak terlepas dari pengadaan tanah sebagai sarana yang utama. Pengadaan
             tanah adalah  setiap kegiatan untuk mendapatkan  tanah  dengan  cara memberikan  ganti  rugi

             kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang
             berkaitan dengan tanah. Penetapan lokasi pengadan tanah merupakan tahapan kegiatan yang
             dilakukan, setelah dokumen perencanaan yang disusun oleh instansi yang memerlukan tanah
             di terima oleh Gubernur dan proses-proses yang mendahului seperti pemberitahuan rencana
             pembangunan, pendataan awal, konsultasi publik dan kajian tentang adanya keberatan, yang
             menjadi masalah sering kali penetapan lokasi yang telah dilakukan dengan berbagai tahapan

             itu sering kali juga mendapatkan keberatan ataupun gugatan.
                   Dalam  Pengadaan  tanah  di  Provinsi  Jawa  Timur,    terjadi  persoalan  di  dalam
             pembangunan  TPA  di  Kota  Surabaya  I  dan  pembanguan  TPA  di  Kabupaten  Sidorjo,
             mendapatkan  persoalan  tentang  tidak  ada  data  perencanan  setelah  dilaksanakan  proses
             kegiatan  inventarisasi  dan  identifikasi  P4T  (penguasaan,  pemilikan,  penggunaan,  dan

             pemanfaatan  tanah),  seringkali  ada  pihak  yang  tadinya  menjadi  pihak  yang  berhak  dan
             terdampak menjadi tidak, atau sebaliknya yang tadinya tidak menjadi pihak yang berhak dan
             terdampak  kemudian  berdasarkan  hasil  kegiatan  pengukuran  oleh  satgas  A  menjadi  atau
             masuk  dalam  kawasan  pengadaan  tanah.  Hal  ini  sejalan  dengan  pendapat    Musleh
             “Ketidaktahuan  dari  proses  pengadaan  tanah  berangkat  dari  ketidaktahuan  instansi  yang
             memerlukan tanah. Apa yang sudah ditulis dalam perencanaan” (Komunikasi dengan Musleh,

             Kasi Pengadaan Tanah Kantah ATR/BPN Surabaya I, 13 Juli 2018). Berkaitan dengan perbedaan
             luasan dalam dokumen perencanaan dan luas yang telah dilakukan pengukuran oleh BPN, hal
             tersebut menjadi awal ketidaksepakatan warga tentang kegiatan pengadaan tanah yang akan
             dilakukan di daerah itu, sejalan dengan ini pendapat Kasubag TU Kantah ATR/BPN Sidoarjo
             “kualitas data harus baik hal ini untuk menghindari keberatan yang di lakukan oleh pihak yang

             berhak dalam pengadaan tanah” (Komunikasi dengan Kasubag TU Kantah ATR/BPN Sidoarjo I,
             11 Juli  2018).  Dalam  hal ini  pendekatan  kepada warga yang  berhak  di perlukan  dengan  tetap
             mengedepankan  semua  kepentingan  baik  itu  instansi  yang  memerlukan  tanah  maupun
             masyarakat  pemilik  tanah  dengan  lebih  memberikan  kesempatan  kepada  masyarakat  yang
             berhak  untuk  menyampaikan  pendapatnya,    selain  itu  rentang  waktu  dalam  setiap  kegiatan
             pengadaan tanah yang  juga harus diperhatikan.
   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72