Page 69 - Himpunan Policy Brief: Permasalahan dan Kebijakan Agraria Pertanahan dan Tata ruang di Indonesia
P. 69

60    Himpunan Policy Brief


             bisa memberikan masukan yang valid”. Dengan memberikan masukan yang valid maka kualitas
             dokumen perencanaan akan menjadi semakin baik, lebih lanjut Dalu mengatakan:“Menyusun
             perencanaan  yang  bagus,  harus  pelaksana  sudah  harus  masuk  dalam  pembuatan  dokumen
             perencanaan”,  masuknya pelaksana dalam proses  perencanaan  akan  membuat  data di dalam
             perencanaan  semakin  baik.  Lebih  lanjut  dalu  menjelaskan  “Minimal  peta  keliling  dan  peta
             bidangnya  sudah  jelas  maka,  BPN  seharusnya  masuk  dalam  perencanaan,  masuknya  BPN
             dalam  perencanaan  untuk  mengetahui  keliling”.  Pendapat  serupa  di  katakan  oleh  Kasi

             pengadaan tanah Kantah Wonogiri suharyanto dan Kasubsi Naryo “Penlog 1 2014, di perpanjang
             2016, dan di perbaharui pada tahun 2018 dengan data ukuran dari BPN” (FGD dan Komunikasi
             dengan Pejabat di Kantor ATR/BPN Kabupaten Wonogiri).


             Penerapan dokumen perencanaan serta implikasinya
                   Penerapan dokumen perencanaan dalam proses persiapan pengadaan tanah menjadi awal
             permulaan apakah suatu dokumen perencanaan itu mempunyai data yang akurat atau tidak,
             persiapan  pengadaan  tanah  diawali  dengan  pembuatan  team  persiapan  oleh  Gubernur
             menerima  permohonan  Penetapan  lokasi  dalam  pengadaan  tanah,    setelah  itu  Gubernur
             membentuk  tim persiapan, dengan tugas antara lain:


             1.  Pemberitahuan Rencana Pembangunan
                   Keterbukaan  informasi  merupakah  hal  yang  sangat  penting,  sebagai  pelaksanaan  dari
             asas keterbukaan, seperti halnya yang di katakan oleh Maria SW Sumarjono berpendapat, Asas
             Keterbukaan,  dalam  proses  pengadaan  tanah,  masyarakat  yang  terkena  dampak  berhak

             memperoleh  informasi  tentang  proyek  dan  dampaknya,  kebijakan  ganti  kerugian,  jadwal
             pembangunan,  rencana  pemukiman  kembali  dan  lokasi  pengganti  (bila  ada),  dan  hak
             masyarakat untuk menyampaikan keberatan. Akan tetapi seringkali hal itu tidak dilaksanakan
             seperti    apa  yang  ditemukan  oleh  Mytha  dalam  penelitian  pengadaan  tanah  pembangunan
             bandara  baru  di  Kabupaten  Kulonprogo,  Adaapun  dalam  implementasinya  masih  terdapat
             kekurangan  mengenai  teknis  pelaksanaannya  seperti  pemberitahuan  rencana  pembangunan

             (sosialisasi) yang seharusnya mengundang seluruh masyarakat di lokasi rencana pembangunan,
             kenyataannya yang diundang pihak yang berhak saja (FGD dan Komunikasi dengan Pejabat di
             Kantor ATR/BPN Kabupaten Wonogiri).
                   Adaapun  dalam  implementasinya  masih  terdapat  kekurangn  mengenai  teknis
             pelaksanaannya  seperti  pemberitahuan  rencana  pembangunan  (sosialisasi)  yang  seharusnya

             mengundang  seluruh  masyarakat  di  lokasi  rencana  pembangunan,  kenyataannya  yang
             diundang pihak yang berhak saja (FGD dan Komunikasi dengan Pejabat di Kantor ATR/BPN
             Kabupaten Wonogiri). Hal ini juga terjadi di pembangunan jalan TOL Semarang Batang dan
             Pembanguan  waduk  Pidekso  di  Kabupaten  Wonogiri.  Seperti  yang  di  katakan  oleh  Jarot
             “Konsultasi  publik  kecenderungannya  yang  diundang  masyarakat  yang  berhak  dan  Tokoh”
             (Komunikasi dengan Kasi pengadaan tanah Kanwil ATR/BPN Jawa Tengah). Sejalan dengan itu

             pernyataan  Kakantah  Kabupaten  Wonogiri  “pada  waktu  sosialisasi  dan  diakomodir  di
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74