Page 290 - Berangkat Dari Agraria
P. 290

BAB VII  267
                                                     Geliat Kebijakan Kehutanan
                 Kalangan DPR RI dan sebagian pekerja Perhutani juga mengkitik
             Kepmen LHK ini, bahkan ada yang tegas menolaknya. Tentu saja
             kepentingan politik  dari  kekuatan-kekuatan  di parlemen penting
             untuk menjadi catatan pemerintah dalam mendorong transformasi
             penguasaan tanah dan pengelolaan hutan di Jawa ini. Semua kritik
             penting  didengarkan  pemerintah agar agenda  penataan  kawasan
             hutan dan tanah untuk keadilan dan kemakmuran rakyat tak goyah.
                 Menteri  LHK  sudah mengklarifikasi  sejumlah kritik  atas
             Kepmen yang ditandatanganinya itu di depan Komisi IV DPR RI.
             Menteri  LHK kurang lebih menyatakan, penataan kawasan hutan
             untuk penyediaan tanah obyek reforma agraria melalui pelaksanaan
             Kepmen ini  tetap  dimungkinkan.  Sedangkan kepentingan  politik
             utama  dalam  penataan kawasan hutan ini  adalah kepentingan
             politik kenegaraan yang menjadi tugas sejarah untuk menuntaskan
             sejarah sisa-sisa masa lampau, sejak zaman kolonialisme. Presiden
             Jokowi pada suatu kesempatan pernah berseloroh: “masa Perhutani
             lebih kolonial daripada kolonial?”.

                 Pemerintah bukan mengurangi kekuasaan Perhutani, karena
             pemerintah tidak pernah menyerahkan luas tertentu dari kawasan
             hutan di Jawa. Pemerintah pusat lintas kementerian dan lembaga
             serta pemerintah daerah provinsi dan kabupaten (khusus di Jawa)
             harus kompak dalam menggeser skema pengelolaan hutan sebagai
             agenda besar yang dilakukan bersama-sama dengan rakyat di desa-
             desa di sekitar hutan di sepanjang Pulau Jawa.

                 Setelah mencermati  harapan  dan  tantangan  tersebut, lebih
             jauh  kini  tengah diperlukan  perencanaan alokasi  penguasaan
             dan  penggunaan  KHDPK secara  komprehensif, sistematis  dan
             berkeadilan. Menteri LHK bersama para Direktur Jenderal di KLHK
             dan jajaran  penting  untuk  segera membangun komunikasi  dan
             bekerja kolaboratif dalam menyusun perencanaan KHDPK dengan
             pemerintah daerah, akademisi dan pegiat transformasi kehutanan
             dan reforma agraria.
                 Proses perencanaan dan pelaksanaan dari penetapan kawasan
             hutan dengan pengelolaan khusus perlu disusun separtisipatif dan
   285   286   287   288   289   290   291   292   293   294   295