Page 288 - Berangkat Dari Agraria
P. 288

BAB VII  265
                                                     Geliat Kebijakan Kehutanan
             hektar, yang berada  pada Kawasan hutan  produksi 52.239 hektar,
             dan di kawasan hutan lindung 7.740 hektar.

                 Dengan  penetapan luas KHDPK ini, konsekwensinya  adalah
             berkurangnya luas kawasan hutan  yang  dikelola Perhutani. Jika
             sebelumnya Perhutani mengelola 2.433.024 hektar kawasan hutan
             di Jawa, lalu dikurangi 1.103.941 hektar, sehingga menjadi 1.329.083
             hektar.  Penguasaan  dan  pengelolaan kawasan hutan  Perhutani
             “dikurangi” hampir 50% dari total luas sebelumnya.


             Harapan baru
                 Penyempitan luas kawasan hutan yang dikelola Perhutani ini
             diharapkan  dapat membawa implikasi  positif  bagi  pembangunan
             sektor kehutanan  dan keagrariaan nasional.  Berikut  sejumlah
             harapan baru mengiringi  terbitnya Kepmen LHK No. SK 287
             Tahun 2022.  Pertama, harapan  akan  terjadinya koreksi  mendasar
             atas manajeman usaha yang dijalankan Perhutani sehingga hanya
             berfokus pada pengelolaan kawasan hutan untuk tujuan produksi
             kayu sebagai  kegiatan  utamanya.  Kerugian  yang  selalu  dialami
             Perhutani  disebabkan karena manajemen yang buruk  diharapkan
             bisa diperbaiki dengan penciutan kawasan hutan yang dikelolanya.
                 Kedua, adanya  redistribusi  penguasaan  tanah dan  kawasan
             hutan kepada  pihak  yang juga membutuhkan  tanah.  Dalam hal
             ini,  skema  perhutanan  sosial  dan  penataan  kawasan  hutan dapat
             memungkinkan akses dan kontrol dari masyarakat dan badan usaha
             pro-ekonomi rakyat lainnya untuk menguasai dan mengelola tanah
             dan kawasan hutan yang sebelumnya dimonopoli Perhutani.
                 Ketiga,  terbukanya  peluang baru bagi  penyelesaian konflik
             agraria antara warga yang hidup di dalam atau di sekitar kawasan
             hutan di Jawa. Mengingat karakter konflik agraria di kawasan hutan
             yang dikelola Perhutani selama ini mengalami jalan buntu, sekarang
             ini ruang bagi penyelesaian utuh menjadi terbuka melalui berbagai
             skema yang diatur Kepmen ini.
                 Keempat, peluang pengakuan hak kepemilikan warga atas tanah
             yang sebelumnya berkonflik dengan Perhutani. Penguasaan tanah
   283   284   285   286   287   288   289   290   291   292   293