Page 364 - Berangkat Dari Agraria
P. 364
BAB IX 341
Pancasila Dalam Konteks Kekinian
9.13. Cegah Politisasi Puasa 101
Aristoteles (384-322 SM) menyebut manusia sebagai “zoon
politicon” atau makhluk politik. Manusia membutuhkan berbagai
sarana dan media untuk mengaktualisasikan syahwat politiknya.
Politik identik dengan kekuasaan. Makin luas pergaulan seseorang,
makin tinggi tegangan atau tautan politis yang mengalir di urat
darah kehidupannya. Sebentar lagi, umat Islam berpuasa Ramadhan.
Bangsa Indonesia memasuki Ramadhan 1444 H sambil menyongsong
Pemilu 2024.
Pemilu sebagai ajang kontestasi politik dari organisasi politik,
sekaligus arena pertarungan politik manusia sebagai pribadi.
Pemilu memberi ruang bagi manusia Indonesia menampilkan
kepentingannya di panggung politik kekuasaan negara. Ramadhan
adalah bulan puasa dari segala bentuk nafsu duniawi dan ukhrawi
bagi umat Islam. Tak boleh makan, minum, dan berhubungan badan
suami istri pada siang hari.
Puasa juga berarti menahan godaan, seperti melihat,
mendengar, dan mencium hal yang bukan haknya. Sebaiknya, umat
sebagai makhluk politik menempatkan puasa sebagai momentum
pengendalian diri. Bagaimana korelasi puasa (Ramadhan) dengan
politik?
Puasa politik
Berpolitik adalah fitrah manusia. Semua manusia normal
melakukan kegiatan politik. Guru saya bilang, bahkan seorang bayi
yang baru lahir pun sudah berpolitik. Dengan tangisannya, sang
bayi memengaruhi lingkungan agar memperhatikan dirinya. Ibunya
segera merangkul sang bayi dan memberikan ASI sampai tangisannya
berhenti. Itu kegiatan politik kelas pemula. Memengaruhi sekitar
adalah kegiatan politik. Dipengaruhi lingkungan sekitar juga dapat
disebut sebagai dampak kegiatan poltik.
Saling memengaruhi dalam kegiatan kompleks manusia yang
menyangkut relasi orang per orang atau kelompok per kelompok.
101 Republika, 26 Maret 2023.