Page 379 - Berangkat Dari Agraria
P. 379

356  Berangkat dari Agraria:
                  Dinamika Gerakan, Pengetahuan dan Kebijakan Agraria Nasional

             10.2. Masyarakat Agraris Hadapi Pandemi 106
                 Serangan virus corona atau Covid-19 terhadap Indonesia belum
             berhenti. Menarik  untuk melihat merebaknya  pandemi  sebagai
             momentum  untuk  memperluas  peran  masyarakat  agraris  dalam
             pelaksanaan reforma agraria sebagai kegiatan prioritas pemerintah.
             Menurut Perpres 86/2018,  pengertian  reforma  agraria ialah
             “penataan  kembali  struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan
             dan  pemanfaatan  tanah  yang lebih berkeadilan melalui  Penataan
             Aset dan disertai dengan Penataan Akses untuk kemakmuran rakyat
             Indonesia” (Pasal 1, Ayat 1).

                 Perpres 86/2018  berpesan  pelibatan  aktif masyarakat.
             Disebutkan,  dalam rangka perencanaan  dan pelaksanaan reforma
             agraria dari pusat hingga daerah mesti melibatkan masyarakat sesuai
             ketentuan peraturan perundangan. Keterlibatan masyarakat paling
             sedikit berupa: Pengusulan tanah obyek reforma agraria, penerima
             TORA,  jenis  penataan akses, dan/atau  penyampaian  masukan
             dalam  penanganan  sengketa  dan konflik  agraria (Pasal 30  [ayat 1
             dan 2]). Peran dan keterlibatan lain bagi masyarakat terbuka lebar.
             Keterlibatan masyarakat bukan hanya boleh, tapi harus bahkan wajib.
             Pengalaman negara yang menjalankannya, keterlibatan masyarakat
             prasyarat sukses reforma agraria. Jika prasyarat ini absen, kesuksesan
             pun layak dipertanyakan.

             Praktek penataan
                 Dari pengalaman keterlibatan Konsorsium Pembaruan Agraria
             (KPA), studi kasus praktek reforma agraria di Indonesia itu beragam.
             Di Jawa Barat, contoh penting pelaksanaan reforma agraria terjadi
             di Badega, Cipangramatan, Cikajang – Garut (2016).  Sejak 1980-
             an, Badega adalah lokasi konflik agraria yang keras antara sebuah
             perusahaan  perkebunan  swasta melawan  rakyat  sekitar. Pada 26-
             27 Maret 1989  terjadi aksi  monumental. Mahasiswa berjalan kaki
             massal  (long march)  “Bandung –  Badega”.  Setelah  berproses  35
             tahun, konflik  agraria bisa  dituntaskan,  seluas 383  Hektar  tanah
             diredistribusi kepada 1.200-an warga.

             106  Pikiran Rakyat, 6 Juni 2020.
   374   375   376   377   378   379   380   381   382   383   384