Page 415 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 415
Mochammad Tauchid
sampai sekarang hak tanah bagi transmigranten masih tetap
merupakan persoalan yang belum mendapat penyelesaian,
karena belum adanya kesatuan hukum agraria yang sesuai
dengan perkembangan dewasa ini. Meskipun dasar dari
transmigrasi adalah menuju pembangunan dalam semua
sektor perekonomian tidak hanya di kalangan pertanian
saja, tetapi pada waktu ini yang pertama diharapi oleh para
transmigranten, yaitu untuk mendapatkan sebidang tanah
di daerah-daerah transmigrasi itu. Karena orang-orang
yang dipindahkan itu pada waktu ini dapat dikatakan 100%
berasal dari kaum tani, sedang usaha perindustrian dan
kerajinan hanya baru dalam tingkatan usaha samben (sam-
pingan) bagi mereka.
Di daerah-daerah transmigrasi yaitu daerah kolonisasi
lama, persoalan hak tanah masih merupakan soal yang mu-
dah menimbulkan perselisihan di beberapa tempat antara
penduduk (asli) dan kaum transmigraten. Persoalan menge-
nai hak tanah bagi para transmigraten ini perlu lekas dipe-
cahkan karena hal-hal lainnya segera pula dapat diselesai-
kan karena penyelesaian tersebut.
Timbul di sana tuntutan-tuntutan dari pihak marga supaya
tanah-tanah transmigrasi dikembalikan atau para trans-
migranten dipungut ‘sewa bumi’ karena mereka dianggap
orang menumpang. Timbul perselisihan mengenai hak me-
milih dan dipilih, pertikaian dalam hal memungut biaya
pasar dan sebagainya perlu segera mendapat penyelesaian
dari pemerintah. Keruwetan dan perselisihan itu semua ber-
pokok pangkal pula pada stelsel kolonisasi dari zaman Hindia
Belanda dulu.
Pada waktu yang lampau tanah kolonisasi merupakan da-
erah tersendiri, enclaves di tengah-tengah daerah penduduk
asli. Daerah-daerah tersebut mempunyai susunan pemerin-
tahan sediri, mulai dari Wedana, Asisten Wedana dengan
lurah-lurahnya, yang terlepas dari susunan dari hierarchie
pemerintahan setempat yang telah ada.
Selanjutnya batas-batas pemisah daerah kolonisasi dan
daerah penduduk asli (marga), di mana satu sama lain tidak
394