Page 422 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 422
Masalah Agraria di Indonesia
Luas Usaha Pertanian
Pertanian rakyat di tanah tropika umumnya dijalankan
sebagai usaha keluarga, tidak dengan memakai alat-alat yang
baik, tidak mempergunakan mesin-mesin atau alat-alat lain-
nya, kecuali bajak yang sederhana. Adakalanya dengan ban-
tuan tenaga ternak, tidak dihubungkan peternakan dengan
pertanian, dengan diatur secara yang sebaik-baiknya.
Perusahaan pertanian rakyat di Jawa umumnya sangat
kecil, tiap-tiap keluarga umumnya rata-rata hanya mengerja-
kan tanah 1 hektar.
Dengan mengingat keadaan tanah dan hawa di sini, maka
menurut perhitungan, seorang petani dengan keluarganya di-
bantu dengan sepasang lembu/kerbau dan seorang pembantu,
sebanyak-banyaknya dapat mengerjakan tanah 5 hektar.
Rancangan Kemakmuran Indonesia (Wicaksono plan) 1949,
merencanakan percobaan luas usaha pertanian 5 a 10 hektar
yang diusahakan oleh pengusahanya dengan 1 a 2 keluarga
pembantu. Dibandingkan dengan besar dan luasnya usaha
pertanian di negara Belanda–demikian Terra membanding-
kan–tampak perbedaannya, bahwa satu keluarga tidak dengan
bantuan ternak, dengan bantuan tenaga 1 a 2 orang di
Gronings–Drente Veenkolonie dapat mengerjakan (mengu-
sahakan) tanah seluas 20 ha, dengan 92,5% berupa ladang
pertanian, lainnya berupa ladang rumput dan lain-lainnya. Di
Limburg Utara, luas perusahaan keluarga sampai 20 ha, ¼-
nya berupa ladang rumput dengan 2-3 lembu dan 3-4 babi
serta 100 ekor ayam, dapat dikerjakan hampir tidak memakai
tenaga buruh. Boleh dikatakan rata-rata usaha pertanian di
sana 20 ha luasnya, dapat dikerjakan oleh keluarga dengan
kuda dan pembantu tenaga seorang. Malah menurut Dawson
401