Page 565 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 565

Masalah Agraria

                banyaknya, untuk menjadi dasar dalam keputusannya.
            9 . Putusan panitia tersebut di atas oleh Residen segera diberi-
              tahukan, baik kepada pihak onderneming yang berkepen-
              tingan, maupun kepada rakyat yang menduduki tanah kebun
              itu; dengan diterangkan pula, bahwa putusan tadi merupakan
              keputusan tetap perihal itu. Demikianlah putusan panitia se-
              gera disampaikan sebagai usul, kepada Gubernur; tindasan itu
              oleh Residen langsung dikirim, ke Kementerian Dalam Negeri untuk
              diketahui.
              Dalam tempo sebulan sesudah hari pemberitahuan tersebut,
              kepada kedua pihak diberi kesempatan untuk mengajukan
              keberatannya kepada Gubenur.
            10.Akhirnya Gubernur memberikan keputusannya. Kalau sete-
              lah diusahakan sebagai yang dimaksudkan sub 10, Gubernur
              memberi putusan yang menyimpang dari usul panitia, maka
              dalam putusan itu harus disebutkan alasan-alasannya. Dari
              semua putusan Gubernur, Kementerian Dalam Negeri menerima
              tindasannya.
            11.Kalau dipandang perlu, sebelum mengambil putusannya Gu-
              bernur dapat—tetapi tidak diharuskan—berhubungan lebih
              dulu dengan Kementerian Dalam Negeri. Apabila Gubernur
              tidak setuju dengan usul panitia, baik buat seluruhnya mau-
              pun buat sebagian daripada itu, seharusnya diusahakan supa-
              ya panitia dapat menjelaskan tentang pendiriannya.
            12.Tentang rakyat dan tanah erfpacht yang didudukinya dapat
              diselesaikan dengan bermacam-macam jalan. Di bawah ini
              kami kemukakan beberapa kemungkinan dengan tiada mak-
              sud akan mengikat atau membatasi kebijaksanaan Gubernur.
              a. yang akan memberi keputusan rakyat sebesar-besarnya,
                tentulah jika tanah-tanah erfpacht yang didudukinya itu
                tetap diberikan kepada mereka dengan hak yasan. Dalam
                hal yang demikian tanah tersebut harus dikeluarkan dari
                hak erfpacht, dengan jalan perundingan atau “onteigening’
                menurut prosedur hukum tentang itu; akte erfpacht harus
                diubah atau diperbaharui dan dengan sendirinya jumlah
                kannon-nya pun dikurangi juga. Tanah yang setelah dikelu-
                arkan dari hak erfpacht lalu kembali pula kepada kekuasaan
            544
   560   561   562   563   564   565   566   567   568   569   570