Page 665 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 665

Masalah Agraria

                dirinya dari penindasan politik, ekonomi dan sosial. Di sana
                belajar menambah kecerdasan otak dan jiwanya, dan dengan
                kesadarannya nanti membongkar segala pokok dan alat
                yang menjadi sumber kemiskinan dan kesengsaraan, untuk
                memperbaiki hidupnya”. 4


            Gerakan Tani sebagai Pergerakan Pemerdekaan

                Mengenai organisasi tani, Moch. Tauchid sejak awal meru-
            pakan salah satu tokoh pejuangnya. Ia tidak hanya aktif di
            gerakan tani, namun masuk menjadi anggota parlemen di da-
            lam memperjuangkan hak-hak kaum tani.
                Moch. Tauchid tercatat sebagai pendiri Barisan Tani In-
            donesia (BTI) pada tahun 1945, selepas ia dipenjarakan oleh
            pemerintah Jepang sebab tergabung dalam gerakan bawah
                                 5
            tanah kelompok Sjahrir.   Bersama kawan-kawannya; Wijono
            Suryokusumo, S. Sardjono “Petruk”, Djadi, Asmoe Tjiptodar-
            sono, dan Sajoga, ia mendirikan BTI.
                Pendirian BTI merupakan hasil kongres petani di Yogya-


            4  Ibid., hlm. 394
            5  Wawancara dengan Imam Yudotomo (68 tahun, anak Moch. Tauchid), Yog-
             yakarta, 13 Agustus 2009. Penjelasan lain menyebutkan bahwa Moch.
             Tauchid adalah anggota eksekutif komite partai (bagian komunikasi) hasil
             fusi di Cirebon antara Partai Sosialis Indonesia (Parsi) pimpinan Amir Sjari-
             fuddin dan Partai Rakyat Sosialis (Paras) pimpinan Sjahrir. Bersama Wijono
             ia disebut sebagai “kelompok Yogya” yang terlibat dengan Amir dalam men-
             dirikan Parsi. Ben Anderson, Revoloesi Pemoeda, Pendudukan Jepang dan
             Perlawanan di Jawa, 1944-1946, (Jakarta: Sinar Harapan, 1988), hlm. 234.
             Pengalaman masa remaja Tauchid di Purwokerto sebagaimana dituturkan
             kepada anaknya menunjukkan bahwa ia lebih dekat dengan kelompok Sjah-
             rir. Diperkuat juga oleh Kenji Tsuchiya, Demokrasi dan kepemimpinan,
             Kebangkitan Gerakan Taman Siswa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 156.
             Bahkan untuk  mengenang Sjahrir, ia menulis buku berjudul, Mengenang
             Pahlawan Sjahrir, (Yogyakarta: Jajasan Sjahrir , 1966)

            644
   660   661   662   663   664   665   666   667   668   669   670