Page 669 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 669

Masalah Agraria

                Prinsip kolektif dan modern tidaklah sederhana. Dua hal
            ini sangat mempengaruhi sejarah BTI. Dua prinsip ini terkait
            dengan orientasi politik dan pengorganisasian para pemim-
            pinnya. Saat itu, prinsip terhadap kepemilikan tanah ditang-
            gapi secara berbeda-beda. Kalangan komunis yang telah me-
            miliki Rukun Tani Indonesia (RTI), memegang prinsip kepe-
            milikan kolektif atas tanah. Sementara BTI memegang prinsip
            kepemilikan pribadi. 15
                Menurut BTI, perjuangan kaum tani atas tanah tidak lain
            adalah perjuangan untuk mendapat tanah milik pribadi. Na-
            mun pada tahun 1953, kedua organisasi massa tersebut (BTI
            dan RTI) bersama Sarekat Tani Indonesia (Sakti) melakukan
            fusi. Nama BTI yang kemudian dipertahankan dalam fusi. Fusi
            berlangsung pada Kongres BTI yang diadakan di gedung sare-
            kat buruh kereta api, Manggarai, Jakarta. Pada periode inilah
            BTI menjadi identik dengan PKI, sebab organisasi massa tani
            ini telah berafiliasi dan dikuasai oleh partai komunis tersebut.


            15  Dalam tulisan “Hari Depan Perjuangan Tani”, D.N. Aidit mengkritik BTI yang
             berjuang dengan tuntutan “hak negara terhadap semua tanah”. RTI lalu
             memodifikasinya menjadi semboyan “nasionalisasi semua tanah”. Menurut
             Aidit, program agraria dengan menempatkan negara sebagai pemilik hak
             belum dimengerti kaum tani, sehingga gagal membangunkan semangat per-
             gerakannya. Maka menurutnya, semboyan yang tepat adalah, “tanah untuk
             kaum tani”, sehingga lebih menarik bagi kaum tani.  Noer Fauzi, op.cit., hlm.
             133-134. Kemungkinan besar, kritik Aidit muncul setelah RTI (bukan BTI) pada
             awal 1950-an datang ke Cina atas kemenangan Mao Tse Tung (1949). Di sana
             mereka dipersalahkan karena prinsip kolektifnya itu. Menurut Mao, keme-
             nangan Revolusi Tiongkok justru disebabkan partisipasi kaum tani yang ingin
             mendapatkan tanah. Dengan demikian, sasaran kritik Aidit sebenarnya ada-
             lah unsur-unsur komunis yang memang sejak awal telah ada di dalam BTI.
             Mereka ini memegang prinsip kepemilikan kolektif dan mendapat tentangan
             dari Moch. Tauchid. Wawancara dengan Imam Yudotomo, Yogyakarta, 6 Sep-
             tember 2009.

            648
   664   665   666   667   668   669   670   671   672   673   674