Page 689 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 689

Masalah Agraria

                Dalam rentang waktu yang demikian panjang, Moch.
            Tauchid telah menjadi saksi dari bagaimana Taman Siswa
            menjadi arena perebutan berbagai kepentingan. Bersama
            tokoh nasionalis Sarino Mangunpranoto dll. Moch. Tauchid
            bertahan dari usaha pengkomunisan Taman Siswa, hingga
            akhirnya tersingkir akibat politik Nasakomisasi. Ia dinilai tidak
            mewakili dari ketiga unsur Nasakom itu, namun berhasil masuk
            kembali tahun 1965. Demikian juga di penghujung hayatnya,
            ia menjadi saksi bagaimana Taman Siswa menjadi panggung
            dari politik militer Orde Baru (sejak 1979), masa ketika L.B.
            Moerdani sering membuat pernyataan politik di sana. Satu
            perubahan yang tidak disetujuinya, meski ia sendiri tidak bisa
            berbuat apa-apa. Ia juga tidak setuju dengan keterlibatan Ta-
            man Siswa saat itu dalam pendirian SMA “Taruna Nusantara”
            yang bersifat militeristik. Baginya, pendidikan semacam itu
            bertentangan dengan prinsip demokrasi dan “kemerdekaan”
            yang dianut oleh Taman Siswa.
                Seusai menyampaikan pidato di hadapan tim penyusunan
            sejarah Taman Siswa, nafas Moch. Tauchid terengah-engah.
            Ia memegang dadanya yang terasa nyeri, segera duduk namun
            tidak semakin baik hingga jatuh tak sadarkan diri. Segera ia
            dilarikan ke RS. “Bethesda”. Belum sempat mendapat perto-
            longan dokter, ia menghembuskan nafas terakhir, menyusul
            istrinya, Kastariyah yang 115 hari telah lebih dahulu pergi.
            Keluarga kembali berduka, ketujuh anaknya kembali
            kehilangan; Imam Yudotomo, Dwi Budi Murni, Tri Setyawati,
            Yekti Wijayati, Budi Santoso, Budi Basuki, dan Umi Saptarini. 55



            55  Sebagian pemberitaan mengenainya lihat, Sinar Harapan, 2 Februari 1981;
             Kedaulatan Rakyat, 3 Februari 1981; Minggu Pagi, 8 Februari 1981.

            668
   684   685   686   687   688   689   690   691   692   693   694