Page 686 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 686

Biografi Singkat Penulis

                angan Taman Siswa. (3) Tugas Taman Siswa dalam Pem-
                bangunan Masyarakat Baru (1967). Buku ini merupakan
                kumpulan pidato Moch. Tauchid, Wakil Ketua Umum/Ketua
                Bagian Usaha dan Pembangunan Majelis Luhur Taman Siswa,
                yang dibrosurkan dalam bentuk stensilan dan dikirim ke ca-
                bang-cabang Taman Siswa di seluruh Indonesia. (4) Ki Hadjar
                Dewantara Pahlawan dan Pelopor Pendidikan, (Yogyakarta:
                Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1968). Buku ini meru-
                pakan pengembangan buku sebelumnya, tahun 1963.
                    Dalam berbagai tulisanya mengenai masalah pendidikan,
                Tauchid mengkritik sistem pendidikan saat itu yang justru
                menindas jiwa-jiwa kemerdekaan menjadi mentalitas “budak”
                yang penurut. Bahkan setelah merdeka, ungkap Tuachid, makin
                berkuranglah orang yang berjiwa merdeka, yang ingin hidup
                merdeka, tidak ingin menjadi suruhan orang lain. “Negara kita
                sekarang merupakan negara “kehidupan pegawai”! Pendidikan
                harus dapat melepaskan orang dari perbudakan. Pertama,
                perbudakan politik dimana orang hanya turut saja apa kata
                tuannya. Tidak ada lagi baginya Daulat Rakyat diganti dengan
                Daulat Tuanku. Sistem yang seperti ini apapun namanya, entah
                diktator atau apa, samalah dasarnya: perbudakan politik. Me-
                reka hanya bisa bersuara “baik”, “siap”, “inggih”, pasrah jiwa
                raga untuk melegalisasikan tirani dan kesewenang-wenangan.
                Kedua, perbudakan ekonomi yang dijalankan dengan pemi-
                likan atas tanah sebagai sumber dan gantungan hidup manusia.
                Penguasaan atas sumber-sumber yang menguasai hajat hidup
                rakyat banyak. Apapun namanya, feodalisme atau kapitalisme,
                sama saja pemerasan atas rakyat. Ketiga, perbudakan sosial
                yang menempatkan rakyat dibawah kaki raja. Bahkan di nega-
                ra yang berdasar Pancasila ini—yang berkedaulatan rakyat—

                                                                   665
   681   682   683   684   685   686   687   688   689   690   691