Page 233 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 233
keberlanjutan kegiatan usahanya atau dengan membangun citra
sebagai pengusaha yang “merakyat” dengan banyak pengikut. Berharap
memperoleh “proteksi” dari sistem keamanan sosial yang terbangun. Jika
tidak, mereka harus menyiapkan diri untuk melakukan ekstensifikasi
usaha diluar kegiatan pertambakan yang awam dan penuh resiko. Pilihan-
pilihan tersebut tampaknya disadari sepenuhnya oleh para aktor, sebagai
konsekuensi logis atas operasi bisnis yang mereka kembangkan. Selain
melakukan ekspansi kegiatan usaha diluar sektor perikanan budidaya,
tampaknya mereka juga mencoba mengembangkan usaha pertambakan
di luar kawasan Delta Mahakam. Menariknya, intensifikasi dengan
melakukan modernisasi kegiatan pertambakan tidak menjadi pilihan
utama dalam pengembangan usaha pertambakan yang telah terdegradasi
dan mengalami kelangkaan sumberdaya. Kondisi ini tidak terlepas dari
pengalaman sejumlah ponggawa yang gagal melakukan intensifikasi
pertambakan yang sangat mahal.
Pilihan stategis lainnya, terlibat dalam dunia politik praktis atau
dengan memantapkan citranya sebagai ketua organisasi tertentu, yang
terkait dengan kegiatan usahanya. Tidak sedikit diantara mereka, ikut
bermanuver dalam masalah politik praktis. Selain ingin menunjukkan
eksistensi politiknya, juga untuk mendapatkan sokongan dan proteksi
dari penguasa yang berhasil diusung. Akan menjadi “bumper” atas
aktifitas pertambakan ilegal yang dijalankannya, selain memberikan rasa
aman bagi keberlangsungan usahanya, ditengah sentimen kedaerahan/
kesukuan yang memanas. Meskipun demikian, tidak sedikit diantara
para petambak – ponggawa yang tetap fokus menggeluti kegiatan usaha
perikanan budidaya semata.
Mungkin Pelras (2006) tidak salah, ketika mengatakan perantau
Bugis berorientasi perdagangan cenderung memiliki implikasi politik
dibandingkan perantauan berorientasi tanaman keras yang tidak
memiliki implikasi politik. Namun hasil studi ini menunjukkan, betapa
para ponggawa pertambakan yang mampu membangun kekuatan sosio-
ekonominya secara mapan, ternyata juga cenderung berimplikasi politik.
Beriringan dengan perkembangan usaha bisnisnya yang membutuhkan
206 Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang