Page 232 - Mahadelta: Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang
P. 232

Berbagai tawaran diatas diharapkan membuka ruang, bagi apa yang
             dikatakan Bernstein (2008), sebagai keunggulan produktivitas dari
             usaha tani (pertambakan) kapitalis skala besar yang dapat menciptakan
             lapangan pekerjaan dan manfaat pendapatan lebih besar, terutama untuk
             “kalangan termiskin dari penduduk miskin di pedesaan”, ketimbang
             usaha pertambakan skala kecil. Sekaligus juga mengekang konsekuensi-
             konsekuensi negatif dari program land reform bagi lapangan pekerjaan dan
             kemiskinan, serta terutama bagi kelompok-kelompok terlemah di dalam
             pasar tenaga kerja di pedesaan. Sesuatu yang juga digarisbawahi Lipton
             (2009), bahwa kepemilikan tanah program redistributif dengan skala
             lebih kecil seringkali lebih produktif daripada yang lebih besar. Memberi
             kesempatan bagi para penggarap untuk memiliki akses pemanfaatan –
             penguasaan, atas tanah-tanah yang digarapnya setidaknya dalam batas
             minimal yang dianjurkan, dengan pengelolaan secara kolektif!
                 Hal itu diharapkan mengurangi efek dari tingginya tingkat kepadatan
             hubungan yang tidak bisa memberi peluang bagi munculnya kerjasama
             yang saling menguntungkan dan adil, sebagai hasil dari hubungan diadik
             bersifat vertikal yang dikembangkan dalam kelembagaan  patron-clients.
             Mengantisipasi gejala peluruhan modal sosial pada komunitas petambak
             di kawasan Delta Mahakam, akibat distrust, hilangnya togetherness,
             reciprocity dan solidaritas yang tergantikan oleh hubungan ketergantungan
             dan individualisme. Sebagaimana dikemukakan  Bullen dan  Onyx (1998),
             bahwa semangat rasa percaya yang kuat, hubungan saling menguntungkan
             dan sanksi-sanksi sosial informal yang efektif untuk mencegah ‘ free-rider’,
             serta kebersamaan yang mewujud, dapat dikelola secara tak terbatas dan
             berfungsi bagi keuntungan bagi semua anggota komunitas.
                 Kelima, kelangkaan sumberdaya alam dan resiko dari kegiatan
             pertambakan yang dibangun diatas tanah-tanah negara telah memaksa
             para petambak – ponggawa bersikap lebih protektif terhadap segala
             kemungkinan yang dapat “mengganggu” kepentingan usaha yang
             membutuhkan biaya operasional sangat besar tersebut. Salah satu
             pilihan yang dianggap strategis adalah dengan melakukan koalisi
             dengan kekuasaan yang dianggap mampu memberikan jaminan bagi



             Manifesto Penguasaan Tanah Terlarang                         205
   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237