Page 133 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 133

Keistimewan Yogyakarta
            didapat seratus juta gulden. 16
                Situasi kekerasan di atas terus berlangsung, sehingga
            membuat mimpi kemerdekaan jauh dari harapan. Perangkat
            pemerintahan di Yogyakarta yang berhasil dibentuk sebelum
            datangnya Belanda tidak mampu ambil bagian dalam proses
            pembangunan. KNI Daerah yang dibentuk dengan 84 anggota,
            dipimpin oleh Moh. Saleh (mantan Daidanco) sebagai ketua-
            nya, berperan membantu pemerintahan sekaligus sebagai
            badan wakil rakyat pembuat undang-undang, meski gagal
            dalam merumuskan kepentingan pemerintah Yogyakarta.
            Namun keberadaannya tidak sia-sia, karena mampu menjadi
            komite perjuangan. Komite ini juga yang pertama meng-
            gerakkan rakyat untuk bertempur dengan Jepang (pertem-
            puran Kotabaru, 7 Oktober 1945), dan kemudian membentuk
            BKR (Badan Keamanan Rakyat) untuk kepentingan revolusi. 17
            Sementara DPR Daerah yang dibentuk berdasar Maklumat No.


            16  Lihat C. Smit, Dekolonisasi Indonesia: Fakta dan Ulasan, (Jakarta: Pustaka
             Azet, 1986), hlm. 22. Menurut Herbeth Feith, investasi Belanda di Indonesia
             berkisar 2.634 juta gulden , ($ 1.422 juta) pada tahun 1940, dan mendapat-
             kan keuntungan tiap tahunnya 191,5 juta gulden, ($ 103 juta), sebuah angka
             yang jumlahnya sangat besar jika dibandingkan dengan populasi penduduk
             Belanda yang kurang lebih sembilan juta. Herbeth Feith. The Decline of Con-
             stitutional Democracy in Indonesia, (Ithaca, New York: Cornell University
             Press, 1962), hlm. 2; “Belanda tak Dapat Pindjaman”, Merdeka, 21 Juni 1948.
            17  Soedarisman Poerwokoesoemo, Daerah Istimewa Yogyakarta, (Yogyakarta:
             Gama Press, 1984), hlm. 33. Dalam maklumat No. 18, 18 Mei 1946 yang
             dikeluarkan oleh Sultan HB IX dan Paku Alam VIII menyebutkan perlunya
             pembentukan parlemen tingkat provinsi, dan setelah parlemen terbentuk
             maka KNI Daerah harus dibubarkan. Artinya parlemen juga sudah terbentuk
             sejak maklumat itu disahkan, karena pembentukan parlemen berdasarkan
             pada rencana maklumat tersebut yang sebelumnya disiapkan oleh KNI
             Daerah. Lihat juga Soetiknjo, dkk. Pertumbuhan Lembaga Perwakilan Rakyat
             Daerah Tingkat I Daerah Istimewa Yogyakarta, (Yogyakarta: Pemda, 1977).

            110
   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138