Page 128 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 128

Paku Alam dan Berbagai Peranannya

               tidak jelas rakyat mana yang mendesak rajanya untuk menge-
               luarkan maklumat. Tentu pembacaannya bukan rakyat men-
               desak raja untuk mengeluarkan maklumat, akan tetapi pemba-
               caan situasi derasnya arus perubahan sejak Jepang tiba (1942)
               dan gerilya politik rakyat di Yogyakarta dalam memperta-
               hankan republik serta periode revolusi dalam mempertahan-
               kan ibu kota RI menjadikan inspirasi bagi HB IX dan PA VIII
               untuk merawat amanat yang telah dikeluarkan tentang berga-
               bung dengan republik. Begitu juga pilihan sadar Soekarno
               untuk memenuhi permintaan dua raja di atas tentang status
               keistimewaannya. 7
                   Pilihan sadar itu pasti akan jauh lebih menguntungkan
               dibanding tetap bertahan menjadi bagian dari kekuasaan kolo-
               nial Belanda. Bagi Sultan suatu pertaruhan besar jika berlaku
               sebaliknya, ketika pilihan berpihak kepada republik meru-
               pakan common sense kala itu. Banyak orang melihat bahwa
               kerapuhan pemerintah kolonial sudah di depan mata. Sekali-
               pun Yogyakarta dan Surakarta bisa berdiri sendiri sebagai
               sebuah negara merdeka, akan tetapi impian itu sebenarnya
               terlalu jauh dari realitas sejarah yang seharusnya terjadi,
               karena hubungan dan ikatan emosional akan sulit membentuk
               komunitas mandiri yang berbasis pada pijakan-pijakan yang
               rapuh.  Artinya Keraton Yogyakarta dan Surakarta tidak
                     8



               7  Beberapa analis melihat tuntutan dua raja Yogyakarta atas  status
                “keistimewaan” bukan ciri budaya Jawa, artinya apa yang dilakukan
                Yogyakarta penuh dengan pamrih, dan sangat bertentangan dengan prinsip-
                prinsip budaya adiluhung. Lihat Abdur Rozaki & Titok Hariyanto,
                Membongkar Mitos Keistimewaan Yogyakartai , (Yogyakarta: Ire Press, 2003).
               8  Wawancara dengan R.M. Tamdaru Tjakrawerdaya, loc.cit.

                                                                  105
   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133