Page 130 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 130

Paku Alam dan Berbagai Peranannya

               mal. Setelah Jakarta mewacanakan Komite Nasional Indoesia
               Pusat (KNIP), Yogyakarta segera membangun hal yang sama
               lewat Maklumat HB IX No. 18, 1945.  Maklumat ini dengan
                                                11
               cepat menghasilkan sejenis lembaga dewan yang ikut meru-
               muskan dan menyiapkan lembaga-lembaga yang dibutuhkan
               oleh pemerintah daerah. Lewat maklumat juga, lembaga
               dewan pada tingkat kabupaten kota terbentuk, kemudian juga
               membentuk lembaga yang sama pada tingkat desa, dan cukup
               menarik karena ide pembentukan parlemen desa pada tahun
                                                        12
               1946 atas usul Barisan Tani Indonesia (BTI).  Lembaga ini
               berhasil dibentuk dalam situasi yang tidak normal, sekalipun
               pada praktiknya banyak mengalami kendala akibat SDM yang
               belum terpenuhi. Namun tampaknya gagasan dua penguasa
               Yogyakarta ini sangat serius dalam menyiapkan perangkat-
               perangkat yang dibutuhkan oleh pemerintah dan masyara-
               katnya. Sebagai ide dan gagasan, HB IX dan PA VIII cukup
               maju dan jauh lebih modern dibanding Indonesia sendiri.
               Dalam bahasa Ricklefs, Yogyakarta pada tahun-tahun itu
               adalah wilayah yang memiliki perangkat terbaik dan lengkap. 13




               11  Lihat Selo Soemardjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta, (Yogyakarta: Gadjah
                Mada University Press, 1981).
               12  P.J. Suwarno, Hamengku Buwono IX dan Sistem Birokrasi Pemerintahan
                Yogyakarta, 1942—1974: Sebuah Tinjauan Historis, (Yogyakarta: Kanisius,
                1994), hlm. 203. Pemerintah Yogyakarta akhirnya membentuk badan ter-
                sebut melalui pemilihan di tingkat kelurahan, namun beberapa kelurahan
                melakukan penunjukan langsung karena tidak terpenuhinya sumber daya
                manusia pada level itu. Mengenai penelitian lembaga ini lihat Suhartono,
                dkk. Parlemen Desa: Dinamika DPR Kalurahan dan DPRK Gotong Royong ,
                (Yogyakarta: Lapera, 2000).
               13  Lihat M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, (Jakarta: Serambi,
                2005).

                                                                  107
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135