Page 126 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 126
Paku Alam dan Berbagai Peranannya
bawah RI. Akan tetapi karena HB IX lebih sering mengabdi
pada tingkat pusat (Jakarta) maka tugas-tugas pemerintahan
selalu dijalankan oleh PA VIII. Pada posisi inilah PA VIII ber-
tindak sebagai kepala pemerintah daerah berhasil menggagas
sekaligus menjalankan pemilihan umum pertama di Indone-
sia pada tahun 1951 untuk membentuk lembaga Dewan Perwa-
kilan Daerah. Kemudian juga menjadi ketua pemilihan umum
1955, dan pemilihan umum 1957 untuk membentuk lembaga
dewan pada tingkat provinsi dan kabupaten kota. Setidaknya
apa yang dilakukan oleh PA VIII dalam membangun demo-
krasi di Yogyakarta dengan nuansa monarki telah berhasil,
jika ukurannya adalah partisipasi publik dalam ranah prosedur
pembangunan demokrasi. Beberapa tahun sebelumnya, HB
IX juga bersama PA VIII telah melakukan uji coba mem-
bangun lembaga yang sama pada tingkat desa. Sekalipun ber-
hasil dalam pembentukan pemekaran desa, namun dari segi
peran partisipasi publik dinilai gagal.
Paku Alam VIII secara resmi menjadi pejabat Gubernur
DIY yang bertindak sebagai Dewan Pemerintahan Daerah Yog-
yakarta sejak HB IX menjabat tugas-tugas kenegaraan di Ja-
karta, baik sebagai menteri, wakil perdana menteri, dan wakil
presiden masa Orde Baru. Selama itu pula, PA VIII berhasil mem-
bangun pemerintahan pada aras bawah secara ‘demokratis’.
Setelah HB IX mangkat pada tahun 1988, PA VIII meng-
gantikan sang mendiang menjadi Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta ‘seumur hidup’, karena sejak menggantikan HB
IX, ia tidak pernah digantikan oleh siapapun sampai ia wafat
pada tahun 1998.
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah provinsi tertua ke-
dua di Negara Republik Indonesia setelah Jawa Timur, yang
103