Page 125 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 125

Keistimewan Yogyakarta
            oleh karena itu jabatan yang melekat itu pula yang secara sadar
            dimainkan untuk membangun demokrasi partisipatif terbatas
            di Yogyakarta. Sebuah demokrasi yang barangkali ‘ganjil’,
            karena demokrasi yang sedang diparktekannya ini berdiri dan
            ditopang oleh pilar-pilar ‘feodalisme’.


            B.  Paku Alam VIII: Membangun Sistem Pemerintahan
               ala Yogyakarta

            Dalam amanat 30 Oktober 1945 tentang pernyataan peng-
            gabungan diri ke Republik dengan status istimewa, posisi Sul-
            tan HB IX di atas dan PA VIII di bawahnya. Tidak jelas logika
            dan kesepakatan yang muncul antara dua raja tersebut, akan
            tetapi tersirat struktur kekuasaan, apa yang akan dibangun.
            Artinya PA VIII akan nderek Sultan sebagai pemimpinnya.
            Padahal jika melihat secara kritis, dua kerajaan yang ada di
            Yogyakarta adalah dua kerajaan yang independen, masing-
            masing memiliki struktur kekuasaan dan rakyat yang jelas.
            Menurut Tamdaru Tjakrawerdaya, sejarawan dan pujangga
            dari keluarga Kadipaten Paku Alaman, dua raja ini pernah
            bertemu secara empat mata pada tahun 1942 sebelum pernya-
            taan tersebut muncul. Inti dari kesepakatan mereka berdua
            adalah, PA VIII menyerahkan wilayahnya kepada sultan untuk
            dikelola, akan tetapi HB IX menolak dan mengajak untuk
            mengelola Yogyakarta secara bersama. 3
                Setelah muncul amanat berdua, maka secara resmi PA
            VIII menjabat Wakil Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta di



            3  Wawancara dengan R.M. Tamdaru Tjakrawerdaya, seorang pujangga
             Kadipaten Paku Alam yang pernah menjadi sekretaris pribadi alm. Paku
             Alam VIII. Wawancara, Puro Paku Alaman, 2 Januari 2009 di Yogyakarta.

            102
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130