Page 212 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 212
Akses Masyarakat Atas Tanah
warga juga berbeda kepentingan. Mereka yang berada di luar
lahan pesisir mempunyai kepentingan berbeda, yang barang-
kali setuju dengan isu penambangan. Sebagaimana diakui,
“.....kami tidak keberatan dengan penambangan pasir besi,
tapi jangan di lahan pertanian kami. Di Wates sana, di Kulon
Progo sebelah gunung, silahkan. Kami tidak akan membang-
kang kepada pemerintah, kami hanya mempertahankan
hak kami. Pada hakekatnya kami tidak menghalangi niat
pemerintah, kalau mau menambang silahkan di daerah
gunung.” 58
Tentang keistimewaan Yogyakarta, muncul komentar
yang aktual, tidak pada aspek kepemimpinan dan tata
pemerintahan, namun mengenai aspek yang berkenaan lang-
sung dengan hajat hidup mereka,
“Mau istimewa, super istimewa, atau hyper-istimewa silah-
kan, saya tidak masalah. Tetapi tanah-tanah itu dibagikan
kepada rakyat. Tanah kan untuk rakyat bukan pejabat….
Yogyakarta mau istimewa silahkan, tetapi tanah tetap men-
jadi hak rakyat. Sudahlah tidak usah ada PAG dan SG, itu
tidak menguntungkan rakyat, memang buat penguasa
menguntungkan, karena mereka bisa memiliki dan menju-
al. Yogyakarta silahkan istimewa, saya tidak tahu istimewa
itu apa. Istimewa kok gedung pusakanya hancur waktu gem-
pa kemarin. Gedung Trajumas kan gedung pusaka, Tra-
jumas artinya timbangan mas, simbol keadilan. Jadi karena
sudah hancur, Yogyakarta sudah tidak punya timbangan
mas lagi, sudah rusak.” 59
58 Burhan, 28 tahun, petani Garongan, Panjatan, Kulonprogo. Wawancara,
Yogyakarta, 8 Januari 2009.
59 Widodo, Ibid.
189