Page 211 - Keistimewaan Yogyakarta yang Diingat dan yang Dilupakan
P. 211

Keistimewan Yogyakarta
                Argumen di atas, selain memberi dasar filosofis yang
            berkesesuaian dengan apa yang dinyatakan dalam kutipan di
            awal tulisan, menempatkan persoalan pada ‘kondisi sosial
            ekologi macam apa yang mengakibatkan mereka termarjina-
            lisasi, dan kemudian membuat gerakan untuk memperta-
            hankan diri’. Bukan pada argumen hukum yang selalu dipakai
            oleh aparat pemerintah dan lembaga formal lainnya. Umum-
            nya, dengan argumen hukum itu, mereka terstigmatisasi
            sebagai ‘penjarah’, ‘penduduk liar’, sehingga serangkaian ope-
            rasi dan bahkan teror dilakukan guna melakukan ‘penertiban’. 56
            Maka di sinilah pendekatan ekologi politik diperlukan, untuk
            memahami ‘bagaimana segala sesuatu berkembang bergan-
            tung sebagian pada dimana hal itu berkembang, di atas apa-
            apa yang telah secara historis mengendap di sana, dan di atas
            struktur sosial dan ruang yang telah ada di tempat itu’. 57
                Dengan cara pandang itu kita bisa melihat bagaimana
            masyarakat memaknai diri dan sesuatu di luarnya (antarwar-
            ga, Paku Alaman, dan pemerintah). Sebagai ruang yang tidak
            nir-sejarah dan geografis, tidak bisa dinafikan bahwa antar




            56  Hal semacam ini terjadi pula. Pos-pos penjagaan mereka pada tanggal 27
             Oktober 2008 dibakar oleh segerombolan pihak yang ditengarai pendukung
             penambangan pasir besi. Uniknya, sebagaimana yang ditangkap oleh
             kamera sebuah televisi swasta, gerombolan yang membakar ini dikawal
             oleh pasukan polisi yang bukan malah berusaha menghentikannya. Lihat salah
             satu pemberitaannya, Jawa Pos, ‘Aksi Pro-Kontra Pasir Besi Makin Anarki,
             Polisi Bantah Pembiaran, Janji Selidiki Aktor Intelektual’, 28 Oktober, 2008.
            57  Noer Fauzi, ‘Dari Okupasi Tanah Menuju Pembaruan Agraria: Konteks dan
             Konsekuensi dari Serikat Petani Pasundan (SPP) di Garut, Jawa Barat’, dalam
             Sediono M.P. Tjondronegoro dan Gunawan Wiradi, Dua Abad Penguasaan
             Tanah: Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa, (Jakarta:
             Yayasan Obor Indonesia, 2008 [edisi revisi]), hlm. 474.

            188
   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216